kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pabrikan alat berat nikmati rezeki


Selasa, 13 Februari 2018 / 11:05 WIB
Pabrikan alat berat nikmati rezeki


Reporter: Petrus Dabu | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) menargetkan, produksi alat berat tahun 2018 ini sebesar 7.000 unit, naik 24,8% dibandingkan realisasi produksi tahun 2017 yang mencapai 5.609 unit. Target tahun ini terdorong permintaan dari sektor pertambangan yang sedang menikmati harga komoditas dan menggeliatnya sektor konstruksi.

Ketua Hinabi Jamaludin menjelaskan, kapasitas produksi alat berat di Indonesia saat ini 10.000 unit, tapi utilitasnya baru sebesar 70%. Gap antara target produksi dan kapasitas terpasang terjadi karena kurangnya pasokan bahan baku. "Kendalanya adalah pasokan komponen yang belum stabil dan juga tenaga kerja," ujarnya kepada KONTAN, Senin (12/2).

Menurut dia, kenaikan signifikan permintaan alat berat pada tahun 2018 ini, terutama karena membubungnya harga komoditas tambang batubara. Di sisi lain, pasokan bahan baku alat berat yang sebagian besar diimpor dari Jepang tidak mencukupi.

Kendala lain adalah tenaga kerja untuk di lini produksi belum siap memproduksi alat berat yang melonjak akibat permintaan tinggi. "Tenaga kerja belum siap alias membutuhkan training," ujarnya.

Dia mengatakan, dari sisi regulasi tidak ada hambatan dalam mengimpor bahan baku. Tetapi kendala saat ini adalah bahan baku tidak ada, saat permintaan melonjak signifikan.

PT United Tractors Tbk, salah satu perusahaan distributor alat berat menargetkan, penjualan tahun ini naik 10% dibanding realisasi tahun 2017. "Angka tahun 2017 menunggu finalisasi dari auditor," ujar Sara K. Loebis, Sekretaris Perusahaan UNTR kepada KONTAN.

Pertumbuhan penjualan alat berat yang cukup tinggi terutama karena kenaikan kegiatan di sektor pertambangan batubara. "Tetapi sektor lain seperti konstruksi dan perkebunan juga menunjukkan peningkatan kebutuhan alat berat," ujarnya.

Berdasarkan publikasi perusahaan, sepanjang Januari-November 2017 lalu, penjualan alat berat merek Komatsu emiten berkode saham UNTR di Bursa Efek Indonesia ini mencapai 3.467 unit, naik 73,18% year on year (yoy). Sebanyak 50% penjualan ke pertambangan, 23%, konstruksi,15% perkebunan dan 12% kehutanan.

Tak hanya UNTR yang menikmati kenaikan penjualan. PT Intraco Penta Prima Servis menargetkan penjualan alat berat pada tahun 2018 tumbuh 40% dibanding realisasi tahun 2017. PT Intraco Penta Prima Servis merupakan anak usaha INTA Group, pemegang merek Volvo Construction Equipment dan SDLG untuk wilayah Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.

Penjualan alat berat merek Volvo CE dan SDLG akhir tahun 2017 sekitar Rp 1, 7 triliun (belum audit). "Lalu, target penjualan 2018 akan tumbuh sekitar 40%,"ujar George Setiadi, Managing Director PT Intraco Penta Prima Servis ke KONTAN, Senin (12/2).

Menurutnya, pertumbuhan penjualan yang signifikan ini didorong oleh menggeliatnya aktivitas di sektor pertambangan. Dan maraknya infrastruktur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×