Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Timah Tbk mengincar kenaikan pendapatan dan laba pada tahun 2019 mendatang. Perusahaan berkode emiten TINS ini yakin target tersebut bisa tercapai seiring dengan peningkatan efisiensi dan optimalisasi, baik dari sisi produksi maupun pengolahan.
Sekretaris perusahaan PT Timah Tbk Amin Haris Sugiarto mengungkapkan, pada tahun 2019, pihaknya menargetkan peningkatan pendapatan sebesar 19% dan kenaikan laba sebesar 73% dari proyeksi tahun ini.
Ada sejumlah faktor yang membuat Amin yakin target tersebut bisa tercapai, antara lain karena alat pencucian untuk memproses peningkatan kadar biji timah yang sudah beroperasi mulai akhir September 2018 serta adanya peningkatan eksplorasi dan stripping untuk mempermudah proses penambangan di laut.
“Tahun depan proyek fuming sebagai pengolah sisa peleburan juga akan selesai dan akan jalan. Selain itu, seiring dengan penertiban illegal mining yang semakin ketat di Pulau Bangka, diharapkan PT Timah bisa mendapatkan dampak positif dari penertiban tersebut,” kata Amin saat dihubungi KONTAN, Minggu (9/12).
Adapun, untuk produksi, saat ini pihaknya masih mengejar target produksi timah sejumlah 32.800 ton dan penjualan 31.400 ton. Per September, realisasi produksi mencapai 21.264 ton dan penjualan 20.174 ton. PT Timah belum merilis laporan terbarunya, namun menurut Amin, produksinya sudah melampaui target, sedangkan untuk penjualan masih akan dioptimalkan di sisa waktu yang ada.
“Kita akan mengejar untuk satu bulan ke depan dan kami optimis akan terkejar,” ujar Amin.
Pada tahun depan, Amin bilang bahwa target produksi dan penjualan tak akan jauh beda dari apa yang dipatok di tahun ini. Tapi, untuk detailnya Amin belum bisa menyebutkan karena masih harus menunggu pengesahan dari Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB).
Kenaikan capex
“Untuk RKAB masih ada sedikit revisi dan untuk saat ini belum bisa kami laporkan karena belum closing,” kata Amin.
Yang jelas, belanja modal atau capital expenditure (capex) PT Timah tahun 2019 akan meningkat sekitar 18% dibandingkan capex tahun 2018 yang dipatok Rp. 2,1 triliun. Hingga September, capex tahun ini baru baru terserap sekitar 51% dari total dana yang dianggarkan.
Namun, menurut Amin, dalam tiga bulan terakhir, penyerapan capex itu ditargetkan bisa mencapai 90%. Sebab, dana itu akan digunakan untuk membiayai sejumlah proyek dan pengadaan strategis, seperti penggantian alat produksi, perbaikan alat, pembangunan kapal isap untuk tambang laut dan pembangunan fasilitas pengolahan fuming berkapasitas 31.000 ton per tahun yang ditargetkan akan rampung awal tahun 2019.
Selain fasilitas fuming, PT Timah pun tengah membangun fasilitas ausmelt berkapasitas 35.000 ton per tahun. Pembangunannya sudah dimulai pada Oktober 2018, dan ditargetkan selesai pada akhir 2020. Nilai investasinya sebesar US$ 56 juta, dimana pendanaannya berasal dari kas internal dan pinjaman. Namun, tidak menutup kemungkinan PT Timah akan mencari pendanaan melalui penerbitan obligasi dan sukuk.
Pembangunan dua fasilitas ini juga ditujukan untuk menopang kinerja PT Timah. Sebab, fasilitas baru ini nantinya akan digunakan mengolah kembali timah kadar rendah untuk menjadi produk komersial melalui fuming yang dilanjutkan dengan ausmelt.
“Dua proyek tersebut dibangun di daerah Bangka Barat, menjadi proyek strategis yang akan dijalankan PT Timah pada tahun 2019,” kata Amin.
Di samping itu, pada tahun 2019, PT Timah pun akan menjalankan proyek di Nigeria, dan mencari cadangan baru. Termasuk dengan terus melakukan eksplorasi di Bangka Belitung dan Kepulauan Riau, dimana saat ini cadangan yang dimiliki tersisa sekitar 377.000 ton.
“Untuk Proyek Nigeria, saat ini kita memang berencana membangun smelter dan untuk investasi serta kapasitas masih kita lakukan FS-nya dengan Topwide Ltd,” jelas Amin.
Sedangkan untuk proyek smelter tanah jarang atau rare earth di Tanjung Ular, Bangka, Amin menyebut bahwa saat ini pihaknya masih fokus dibidang pengolahan monazite dan memproduksi RE Karbonat. Harapannya, lanjut Amin, PT Timah bisa mendirikan pabrik secara komersial dengan target waktu pertengahan tahun 2020.
“Kita masih menjajaki peluang kerjasama dengan perusahaan lain,” kata Amin.
Adapun, sebagai informasi, pada triwulan ketiga 2018, PT Timah membukukan pendapatan sebesar Rp 6,80 triliun dari target pendapatan tahun ini sebesar Rp. 10,7 triliun.
Sementara laba bersih ditargetkan naik 99% menjadi Rp 1 triliun dari Rp 502,43 miliar pada akhir 2017. Namun, laba bersih PT Timah masih tergerus 15% dari Rp 300,57 miliar pada kuartal III 2017 menuju Rp 255,54 miliar pada kuartal III 2018.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News