Reporter: Merlinda Riska | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina
JAKARTA. Siapa bilang yang jadul atawa ketinggalan zaman pasti tak menarik? PT Arga Mas Lestari misalnya, mengaku rela mengucurkan dana Rp 5 miliar hingga Rp 10 miliar untuk belanja iklan per bulan. Strategi ini dilakukan demi merenggut pangsa pasar ponsel fitur nasional sebesar 30%.
Marketing Director Arga Mas Lestari Advan Tjandra Lianto menyatakan, pasar ponsel fitur di Indonesia mencapai 5 juta unit per bulan atau 60 juta unit per tahun. Nah, perusahaan yang sebelumnya telah memiliki merek Advan ini, menarget bisa menjual 20 juta ponsel fitur sepanjang 2014.
Perusahaan berstrategi dengan menggeber sembilan tipe ponsel fitur di semester I. Produk baru tersebut bakal bermerek Hammer.
Ada empat tipe Hammer yaitu R untuk candy bar, Q untuk qwerty, P untuk seri power bank dan C untuk seri code division multiple access (CDMA). Beberapa fitur yang disematkan dalam Hammer seperti kamera VGA sampai 1,3 mega pixel (MP), audio atau video player, radio dan juga TV analog.
Sasaran produk ini adalah kaum sub urban, orang tua, anak-anak sekolah dasar (SD) dan para karyawan pabrik. "Sampai akhir Maret, kami menyiapkan 100.000 unit ponsel dari empat tipe tersebut," kata Tjandra.
Layaknya ponsel-ponsel fitur lain yang kini harganya melorot, Arga Mas Lestari melego miring aneka ponsel barunya, yakni di kisaran harga Rp 200.000 hingga Rp 500.000 per unit. Lantaran harga murah tersebut, Tjandra bilang margin ponsel jenis ini hanya single digit. Berbeda dengan margin tablet dan ponsel pintar yang bisa mencapai double digit.
Tak heran jika perusahaan berusaha mengejar pendapatan dari sisi volume penjualan. "Kami harus menjual banyak karena ini ponsel fitur yang harganya murah," tutur Tjandra, Senin (24/3).
Meski begitu, perusahaan optimistis ceruk pasar ponsel fitur masih legit. Tjandra beralasan, dari keseluruhan fungsi ponsel fitur, 99% digunakan. Berbeda dengan ponsel pintar yang rata-rata hanya 20%-30% dari fungsi ponsel, yang dimanfaatkan.
Dus, persaingan ponsel fitur masih sengit dan diincar banyak pemain. Namun perusahaan optimistis menarget sumbangsih ponsel fitur bisa 10%-15% tahun depan.
Untuk menggenjot pemasaran, perusahaan tak segan-segan merogoh kocek jumbo untuk belanja iklan. Untuk tahap awal, tahun ini perusahaan menggarkan Rp 5 miliar hingga Rp 10 miliar per bulan. "Kami akan sangat gencar beriklan melalui billborad dan televisi," kata Tjandra.
Asal tahu saja, lembaga riset International Data Corporation (IDC) memproyeksikan tahun ini akan ada 63,4 juta unit ponsel yang masuk ke Indonesia. Dari jumlah tersebut, sebanyak 46,91 juta unit atau 74% adalah ponsel fitur. Jadi ponsel pintar baru yang bakal hadir di pasaran cuma 26% atau 16,48 juta unit.
Lalu sampai 2017, IDC memproyeksikan pangsa pasar ponsel fitur mencapai 30%. Ini tentu jumlah yang masih menggiurkan untuk diperebutkan para pemain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News