Reporter: Agung Hidayat | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Pasar semen dalam negeri sampai saat ini dinilai masih stagnan. Namun produsen semen masih optimis pasar tersebut bakal tumbuh.
Seperti diungkapkan Agung Wiharto, Sekretaris Perusahaan PT Semen Indonesia Tbk. Menurutnya, pada bulan lalu pihaknya masih mengalami kenaikan penjualan. “April kemarin tetap tumbuh,” ujar Agung kepada KONTAN (28/5).
Memang, jika melihat data Asosiasi Semen Indonesia (ASI), penjualan antara Januari-April 2017 mengalami kenaikan 4,6% dibandingkan periode sama tahun lalu, menjadi 8,2 juta ton semen.
Pada bulan April saja, jika dibandingkan dengan April tahun lalu, penjualan emiten berkode SMGR ini tumbuh 9%, menjadi 2,1 juta ton. “Jadi kami cukup optimis sampai akhir tahun bisa tumbuh 4-5%,” kata Agung.
Meski secara keseluruhan penjualan naik, anak usaha SMGR mencatat penurunan penjualan. Seperti Semen Padang di periode Januari-April tahun ini turun 4,8%, dari 1,9 juta ton menjadi 1,8 juta ton. Begitu pula dengan Semen Tonasa yang turun 2,8% dari 1,7 juta ton menjadi 1,6 juta ton.
Secara nasional, pasar semen domestik Januari-April ini hanya tumbuh 3,4% dibanding periode sama tahun sebelumnya, dari 19,1 juta ton menjadi 19,8 juta ton. Sedangkan di kuartal I, pertumbuhan pasar semen domestik cuma naik 0,9%, yakni 14,7 juta ton.
Di kuartal pertama tahun ini pun, volume penjualan SMGR sebenarnya hanya tumbuh 3,1%. Dari 5,9 juta ton kuartal pertama tahun lalu menjadi 6,1 juta ton saat ini. “Hujan di Januari dan Februari mempengaruhi distribusi, sehingga demand tertunda,” sebut Agung mengemukakan alasan mengapa bisnis semen di kuartal I kurang menggairahkan.
Agung menambahkan, triwulan pertama kemarin proyek-proyek properti, infrastruktur dan lainnya memang banyak yang tertunda. “Juga ada yang belum mulai, sehingga stagnan saja pertumbuhannya,” katanya.
Namun saat ini, jelang momen Lebaran biasanya geliat pengerjaan proyek mulai kelihatan. Walhasil, permintaan semen diperkirakan bakal tumbuh cukup pesat.
“Proyek yang sudah ada biasanya dikebut jelang Lebaran, akhir Maret itu sudah mulai terasa,” kata Agung. Dikarenakan siklus tahunan, dimana periode bulan puasa operasi proyek bisa berhenti sampai 2 minggu.
Merujuk laporan keuangan kuartal pertama, pendapatan SMGR tumbuh 5% menjadi Rp 6,3 triliun. Namun perolehan laba bersih SMGR turun 28%, dari Rp 1 triliun menjadi Rp 750 miliar. Penurunan laba tersebut menurut Agung dikarenakan tertekan biaya dari beban produksi.
Untuk itu, SMGR berharap di kuartal II dan III ini bisa meraup keuntungan. “Jika dibandingkan dengan kuartal lainnya, di triwulan pertama memang cenderung lemah, biasanya konsumsi tinggi itu sejak Agustus dan September,” kata Agung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News