Reporter: Gloria Haraito | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Menghadapi perdagangan bebas, PT Sharp Electronics Indonesia memilih meningkatkan pemasarannya. Menurut Asisten Manajer Umum Perkakas Rumah Sharp, Andry Adi Utomo, dalam waktu dekat perusahaan siap menjual dengan sistem business to business (B2B).
Seperti saat ini, Sharp tengah menjajaki apartemen Pakuwon untuk memasok perkakas tematik yang sesuai dengan interior apartemen. Dalam pemasaran B2B ini, Sharp menawarkan setiap konsumen apartemen sepaket perkakas elektronik yang senada antara desain interior dengan desain perkakas. "Jadi perkakasnya serasi dan cocok dengan ruangan," terang Andry kepada KONTAN, Selasa (2/2).
Selain meningkatkan pemasaran, Sharp juga mengandalkan jaringan pusat layanan dan kantor cabangnya. Menurut Andry, infrastruktur jaringan menjadi nilai jual penting untuk bisa bersaing menghadapi produk China.
Saat ini Sharp memiliki 300 unit lebih pusat layanan dan 28 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Ada pula pusat informasi yang siap dihubungi setiap saat. Sharp menyiapkan semua jaringan ini sejak tahun 2002, tepatnya kala perusahaan penjualan dan pabrik Sharp di Indonesia melakukan merger. "Memang investasinya tidak sedikit, tapi edukasi kami terbukti kini ketika konsumen Indonesia mulai terbiasa dengan purna jual, pusat layanan, dan pusat informasi," lanjut Andry.
Edukasi ini pula yang menyadarkan konsumen bahwa harga murah tak jaminan barang awet. Belum lagi barang China tak menyediakan layanan purna jual yang memadai. Walhasil, konsumen kelimpungan ketika produk rusak setelah beberapa bulan dipakai. Ini yang membuat kian lama konsumen kian teliti sebelum membeli.
Lalu, keberadaan Sharp Indonesia sebagai distributor sebagai tahun 1970 dan sebagai pabrikan sejak tahun 1997 pun memberikan nilai tambah. Karena dengan begitu, Sharp lebih memahami kebutuhan dan selera konsumen Indonesia. Menurutnya, konsumen Indonesia paling senang memburu produk yang hemat listrik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News