Reporter: Herlina KD |
JAKARTA. Para petani kakao bisa bernapas sedikit lega. Pasalnya setelah melorot ke level terendah, kini harga kakao mulai merangkak naik. Hanya saja, harga kakao diperkirakan tidak akan melesat terlalu tinggi karena saat ini pasokan masih melimpah.
Berdasarkan data Bloomberg, harga kakao untuk pengiriman Juli 2011 akhir pekan lalu ada di level US$ 2.980 per ton setelah sempat menyentuh level terendahnya di US$ 2.863 per ton pada (6/6).
Harga kakao mulai terdongkrak akibat adanya kenaikan permintaan dari industri pengguna kakao salah satunya industri cokelat yang mulai meningkatkan cadangan bahan bakunya. Pabrikan cokelat ini mulai mengantisipasi adanya perkiraan penurunan produksi kakao pada musim panen berikutnya.
Rabobank International menyatakan permintaan kakao pada Oktober nanti akan lebih besar sekitar 30.000 ton ketimbang pasokan yang ada. Padahal, pada musim panen kali ini pasokan kakao internasional surplus hingga 200.000 ton sehingga membuat harga kakao melorot.
"Industri kakao mulai menyerap pasokan kakao yang ada sekarang untuk mengantisipasi kekurangan pasokan pada musim panen mendatang. Khususnya untuk mengantisipasi pasokan kakao dari musim panen yang akan datang yang sepertinya tidak akan mencukupi," ujar Keith Flury, analis Rabobank seperti dikutip Bloomberg akhir pekan lalu.
Tapi, Ketua Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo)n Zulhefi Sikumbang bilang sentimen kenaikan harga kakao ini hanya bersifat sementara. Menurutnya, saat ini pasokan kakao di internasional masih berlimpah. Sehingga, "Kalaupun harga kakao naik, tidak akan lebih dari US$ 3.200 per ton," ujarnya kepada KONTAN Minggu (12/6).
Ia menambahkan, kenaikan harga kakao saat ini lebih disebabkan karena kepanikan pasar akibat adanya ekspektasi memburuknya produksi kakao internasional pada musim panen mendatang. Menurutnya, saat ini Askindo belum bisa memprediksikan panen kakao internasional di musim mendatang. Yang jelas, untuk musim panen kali ini, pasokan kakao melimpah terutama berasal dari panen di Afrika yang membaik karena cuaca yang mendukung.
Nah, di sisi lain, produksi kakao Indonesia pada puncak musim panen Mei lalu justru melorot drastis. Ini disebabkan karena cuaca di Indonesia masih belum mendukung tanaman kakao untuk bisa berproduksi maksimal.
Akibat cuaca buruk, Zulhefi memperkirakan produksi kakao nasional tahun ini tak akan lebih dari 600.000 ton. Padahal, tahun ini Kementerian Pertanian mematok target produksi kakao sebanyak 1,07 juta ton.
Hanya saja, untuk musim panen kakao Oktober nanti, Zulhefi justru optimis panen kakao nasional akan lebih baik ketimbang panen Mei lalu. Alasannya, "Cuaca diperkirakan akan lebih baik, sehingga mendukung produksi kakao," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News