Reporter: Herlina KD | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Seperti komoditi rempah-rempah lainnya, tahun ini produksi cengkeh nasional diperkirakan masih akan terhambat karena cuaca ekstrem. Alhasil, harga cengkeh yang sudah menanjak sejak tahun lalu, kini terus melanjutkan relinya.
Ketua Asosiasi Petani Cengkeh Indonesia Soetardjo mengungkapkan, saat ini harga cengkeh di tingkat petani sudah mencapai Rp 82.000 per kg. Padahal, akhir tahun lalu harga cengkeh masih ada di kisaran Rp 60.000 per kg. Artinya, dalam waktu kurang dari empat bulan, harga cengkeh sudah melonjak sekitar 36,66%. Dalam kondisi normal, harga bahan perasa pada rokok kretek ini sekitar Rp 50.000 per kg.
Soetardjo bilang minimnya pasokan cengkeh ini disebabkan karena tanaman cengkeh tahun ini banyak yang gagal berbunga akibat tingginya curah hujan. Biasanya, kata Soetardjo dalam kondisi normal tanaman cengkeh sudah mulai berbunga di awal tahun, dan akan mulai panen sekitar Juni - Juli.
Puncak panen raya biasanya terjadi sekitar Agustus - September. Tapi, anomali iklim yang terjadi sejak tahun lalu membuat curah hujan hingga saat ini masih cukup tinggi. Akibatnya banyak tanaman cengkeh yang gagal berbunga atau bunganya berguguran sebelum masa panen.
Awalnya, tahun ini Kementerian Pertanian mematok target produksi cengkeh nasional sebesar 79.510 ton, naik dari tahun lalu yang sebesar 77.520 ton. Tapi, melihat cuaca yang tidak mendukung Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar Kementerian Pertanian Azwar AB khawatir target produksi cengkeh tahun ini tidak bisa tercapai.
Sebagai gambaran saja, kebutuhan cengkeh nasional rata-rata sekitar 100.000 ton per tahun. Dari jumlah itu, pasokan cengkeh dari dalam negeri mencapai sekitar 90.000 ton. Pasokan ini berasal dari hasil panen dan cadangan alias stok panen cengkeh dari tahun-tahun sebelumnya.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian, luas areal tanam cengkeh tahun 2011 diperkirakan akan mencapai sekitar 470.619 hektare (ha) atau naik tipis ketimbang tahun 2010 lalu yang sekitar 470.044 ha. Sentra tanaman cengkeh ini tersebar di beberapa wilayah di antaranya di Sulawesi, Maluku, Bali, NTT, NTB, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Melihat kondisi tanaman cengkeh yang mengalami kerontokan bunga akibat curah hujan tinggi, Soetardjo memperkirakan produksi cengkeh tahun ini akan anjlok drastis. Dalam hitungannya, produksi cengkeh tahun ini hanya bisa mencapai 15% dari total kebutuhan dalam negeri. Jika mengikuti hitungan Soetardjo, artinya tahun ini produksi cengkeh nasional hanya sekitar 13.500 ton.
Jika melihat produksi yang merosot drastis, Soetardjo memastikan tren harga cengkeh ke depan akan terus melangit. "Harga cengkeh bisa naik di atas Rp 100.000 per kg," ujarnya. Kemungkinan Indonesia bisa mendapatkan pasokan cengkeh dari dua negara produsen cengkeh lainnya selain Indonesia yaitu Madagaskar dan Tanzania.
"Setidaknya Indonesia butuh mengimpor cengkeh sebanyak 50.000 ton, tapi melihat kondisi produksi negara lain yang juga menurun, kemungkinan kita hanya bisa mendapat sekitar 25.000 ton," ungkapnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) sepanjang tahun 2010 lalu Indonesia mengimpor cengkeh sebanyak 277 ton dengan nilai US$ 1,33 juta. Sedangkan dalam dua bulan pertama tahun ini, Indonesia telah mengimpor 52 ton cengkeh dengan nilai US$ 323.632.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News