Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pasar ritel Jakarta diperkirakan makin dinamis dalam beberapa tahun ke depan seiring terbatasnya pasokan ruang baru dan meningkatnya ekspansi merek-merek asal China.
Colliers Indonesia mencatat per kuartal III-2025 pasokan ritel di Jakarta ada 4,95 juta meter persegi, sedikit bertambah dari total pasokan 4,86 juta meter persegi pada periode yang sama tahun sebelumnya. Di wilayah Bodetabek juga pasokan bertumbuh moderat menjadi 3,3 juta meter persegi dari 3,2 juta meter persegi pada kuartal III-2024.
Sementara itu, okupansi ritel di Jakarta baru berhasil tumbuh tipis menjadi 74,7% dari posisi 74,4% pada kuartal III-2024. Di wilayah Bodetabek malah turun, dari posisi 69,2% pada kuartal III-2024 menjadi 69,0% pada kuartal III-2025.
Baca Juga: Emiten Ritel Berharap Cuan di Periode Akhir Tahun
Meski begitu, Kepala Departemen Riset Colliers Indonesia Ferry Salanto menjelaskan bahwa keterbatasan pasok ruang ritel saat ini bakal memberikan ruang positif bagi pusat belanja untuk meningkatkan kinerja.
“Secara umum okupansi mal kelas atas masih dominan. Sementara mal menengah dan bawah relatif lebih rendah,” ujar Ferry dalam Media Briefing, Rabu (1/10/2025). Untuk diketahui, dari sisi komposisi, mal kelas atas di Jakarta mencapai sekitar 40% dari total stok, sementara di wilayah Bodetabek sekitar 15%.
Ke depannya, pasokan mal baru juga masih relatif terbatas. Hingga periode 2025–2028, Colliers mencatat mal baru di Jakarta hanya akan hadir di Jakarta Pusat (Kemayoran), Tangerang, dan Bekasi.
Alih-alih menambah produk, pengembang cenderung aktif melakukan renovasi, baik dari sisi fisik maupun bauran tenant agar tetap menarik minat pengunjung.
Sebagai bisnis yang sangat dinamis, Ferry menilai renovasi memang menjadi faktor penting. Pasalnya, pengunjung datang bukan hanya untuk berbelanja, melainkan juga mencari pengalaman. Tanpa renovasi atau pembaruan tenant yang menarik, mal bakal cenderung sepi.
Baca Juga: Prospek Emiten Ritel Disokong Kebijakan Fiskal & Moneter, Ini Rekomendasi Sahamnya
Dari sisi permintaan, masuknya merek-merek asal China menjadi pendorong utama. Menurut Ferry, sejumlah brand China kini sangat agresif mencari lokasi di Jakarta. “Kami di Colliers membantu beberapa brand China untuk masuk dan ekspansi ke mal Jakarta. Jumlahnya bukan hanya satu, tapi beberapa yang sedang mencari lokasi strategis,” terangnya.
Dari sisi segmen, F&B (food and beverage) tetap menjadi pendorong utama okupansi dengan proporsi 40% hingga 50%. Menyusul segmen lainnya adalah barang-barang sekunder yakni mainan (toys and hobbies) serta parfum. Ferry bilang, segmen-segmen ini juga didominasi perusahaan China.
Selain itu, tren bauran tenant juga semakin bervariasi. Konsep department store kini dipecah dalam ukuran lebih kecil agar ruang tersisa bisa ditawarkan ke brand lain yang berpotensi mendatangkan traffic lebih besar. Maklum, Ferry bilang traffic memang kunci kesuksesan bagi pemilik mal.
Baca Juga: Daya Beli Masyarakat Turun, Tak Urungkan Ekspansi Perusahaan Ritel Rumah Tangga
Selain pusat belanja konvensional, tren konsep ritel baru juga mulai berkembang dengan kemunculan konsep mirip ruko besar dengan ruang terbuka dan lifestyle hub yang memungkinkan pengunjung lebih nyaman berbelanja dengan akses parkir yang mudah.
Colliers memprediksi tingkat okupansi ritel bisa tumbuh 1% – 2% per tahun selama periode 2025–2028. Dus, meningkatnya permintaan nantinya bakal mendorong pertumbuhan tarif sewa dalam rentang yang sama.
Selanjutnya: Monaco vs Man City, Live Streaming, Prediksi & Jadwal Liga Champions 2025-2026
Menarik Dibaca: 7 Zodiak yang Paling Kompetitif, Capricorn Salah Satunya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News