kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pebisnis ayam kampung berharap campur tangan BUMN


Rabu, 22 Februari 2017 / 20:04 WIB
Pebisnis ayam kampung berharap campur tangan BUMN


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Peraturan Presiden No.44 Tahun 2016 tentang Daftar Negatif Investasi masih membatasi pengembangan investasi ayam kampung dengan maksimal modal Rp 10 miliar di luar tanah dan kandang. Pebisnis berharap kebijakan ini direvisi karena sudah tidak relevan.

Ketua Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli) Ade M Zulkarnaen mendesak pemerintah mengeluarkan ayam lokal dari daftar negatif investasi. Kemudian membuka peluang bagi BUMN seperti PT Berdikari mengembangkan bibit ayam kampung atau day old chick (DOC).

Sebab selama ini, para peternak ayam lokal kekurangan DOC karena hanya diproduksi dalam skala terbatas. "Kami melihat pemerintah menyepelekan dan mengkerdilkan usaha peternakan ayam lokal," ujar Ade kepada KONTAN, Rabu (22/2).

Ade menjelaskan selama ini rata-rata produksi DOC ayam kampung sebesar 95 juta ekor per tahun. Dan pada tahun 2016 lalu diperkirakan sebesar 100 juta ekor. Kondisi ini jauh berbeda dengan rata-rata produksi DOC ayam ras yang mencapai 3,2 miliar ekor per tahun dan pada tahun 2025 ditarget bisa mencapai 7 miliar per tahun.

Padahal Himpuli manargetkan produksi ayam lokal bisa mencapai 25% dari produksi ayam ras. "Seharusnya kalau merujuk target itu, maka produksi ayam kampung bisa mencapai 800.000 ekor pada tahun lalu," terang Ade.

Ade memproyeksikan produksi ayam lokal pada tahun 2017 naik 10% dari tahun lalu atau sekitar 110 juta ekor. Ia mengatakan bila pemerintah masih belum juga membuka pintu investasi khususnya dalam hal pengembangan DOC dan bibit unggul, maka dalam beberapa tahun ke depan, Thailand dan China bisa mengekspor ayam lokal ke Indonesia. "Apalagi kita sudah kalah di World Trade Organization (WTO) dan ini memungkinkan ayam lokal dari negara lain membanjiri pasar kita," papar Ade.

Sejauh ini, Ade bilang, himpuli sudah meminta agar perusahan BUMN seperti PT Berdikari masuk ke pengembangan ayam kampung khususnya dalam hal pembibitan (breeder). Sementara untuk budidaya dan final stock diserahkan kepada peternak rakyat.

Bila pemerintah mendorong BUMN masuk ke bidang usaha pembibitan ayam lokal, maka pada tahun 2025, Himpuli optimistis dapat mencapai target produksi ayam kampung sebesar 25% dari produksi ayam ras.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×