Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Memasuki masa kampanye dan tahun politik, PT Pelayaran Nasional Buana Raya Tbk (BBRM) sudah menyiapkan strategi khusus. Perusahaan penyewaan kapal ini bakal memaksimalkan pengoperasian kapal penunjang lepas pantai (offshore support vessels) ketimbang kapal tunda dan tongkang (tug and barges vessels) miliknya.
"Kami melihat potensi offshore jauh lebih besar dari pada tug and barges. Masa depan BBRM ada di offshore, bukan tongkang lagi,” kata Loa Siong Bun, Direktur Pelayaran Nasional Buana Raya, Selasa (25/3). Perusahaan ini optimistis strategi barunya ini pasti akan berhasil karena melihat pertumbuhan bisnis pengeboran minyak yang sangat bagus belakangan ini.
Sebaliknya, untuk bisnis pengangkutan barang komoditas dengan menggunakan kapal tunda dan tongkang justru bertolak belakang. Ia memprediksi tahun ini tekanan harga komoditas di pasar internasional masih akan menekan tarif jasa angkutan kapal tunda dan tongkang.
Strategi baru ini perlu diterapkan lantaran tahun lalu, utilisasi segmen kapal tunda dan tongkang justru mengalami penurunan dibandingkan kapal lepas pantai. Menurut Siong Bun, segmen kapal tunda dan tongkang turun dari 80% menjadi 73%. Sedangkan segmen kapal lepas pantai justru berhasil bertahan pada kisaran 95%.
Tak tanggung-tanggung, guna merealisasikan rencana tersebut perusahaan ini berencana menambah dua unit kapal anchor handling tug supply (AHTS) tahun ini. Rinciannya, satu kapal datang pertengahan 2014 yang dipesan tahun lalu, dan satu lagi dipesan tahun ini. Sehingga total kapal yang BBRM miliki sampai akhir tahun ini antara lima kapal atau sampai enam kapal. Untuk membeli kapal anyar yang bernilai US$ 20 juta per kapal ini, BBRM bakal memakai 30% dana dari kas internal. Sisanya, sekitar US$ 17 juta dari pinjaman perbankan asing.
Tidak mau mengumbar target pendapatan Siong Bun mengaku optimistis strategi barunya ini bisa mengembalikan penurunan laba bersih yang dialaminya tahun lalu. Tercatat selama 2013, perusahaan ini mengalami penurunan laba sekitar 24,2%, dari US$ 7 juta di 2012 merosot menjadi menjadi US$ 5,37 juta di 2013.
"Nah, tahun ini, kami prediksi laba pasti akan naik dari offshore karena ada penambahan kapal," tuturnya tanpa merinci target laba sampai akhir tahun ini. Siong Bun cuma menjelaskan penyebab laba BBRM melorot lantaran situasi bisnis kapal tunda dan tongkang yang kurang bagus. Meskipun di akhir tahun lalu terjadi depresiasi nilai tukar rupiah tetapi, kata Siong Bun, hal ini rupanya tidak terlalu berpengaruh pada pendapatan perusahaan.
Meski gagal meningkatkan laba, tetapi perusahaan ini masih berhasil mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 8,6% dari US$ 34,31 juta di 2012 menjadi US$ 37,28 juta tahun lalu. Ada pun kontribusi pendapatan yang paling besar masih disumbang dari bisnis kapal tunda dan tongkang sebesar 62% atau senilai US$ 23,13 juta dan sisanya sebesar 38% atau senilai US$ 14,16 juta dari kapal lepas pantai.
Sayangnya, perusahaan ini tidak bersedia mengungkapkan berapa target pendapatan yang diharapkan pada tahun ini. Asal tahu saja, perusahaan yang berdiri 1998 ini baru mulai mengoperasikan kapal tunda dan tongkang sejak tahun 2005. Sedangkan bisnis penyewaan kapal lepas pantai baru dimulai sejak tahun 2011 kemarin.
Dus, hingga kini, Pelayaran Nasional sudah memiliki sebanyak 34 kapal tunda, 35 kapal tongkang, dan 4 kapal AHTS. Artinya secara total, armadanya sudah sebanyak 73 kapal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News