Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Mulai tahun ini, PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) tidak lagi mengandalkan pendapatan dari angkutan penumpang saja. Perusahaan pelat merah ini kini mencoba merambah bisnis pengiriman barang dan kargo.
Untuk proyek pertama dari bisnis ini, Pelni sudah menggandeng tiga perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) untuk kerjasama. "Fokus kami ke pasar BUMN. Kami memilih pasar yang captive terlebih dahulu," kata Syahril Japarin, Direktur Utama PT Pelni, Senin (24/3).
Tiga BUMN yang digandeng Pelni adalah PT Krakatau Steel Tbk, PT Pertamina Tbk, dan PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN). Dengan Krakatau Steel, Pelni akan mendistribusikan baja ke beberapa wilayah di Indonesia. Adapun dengan Pertamina, perusahaan ini akan mengangkut bahan bakar minyak (BBM). Sedangkan dengan KPBN, Pelni bakal memasarkan minyak kepala sawit atau crude palm oil (CPO).
Sayang, Syahril masih merahasiakan nilai kontrak dari kerjasama dengan tiga BUMN itu. Ia hanya berujar bahwa pengiriman kargo yang baru terlaksana adalah dengan Krakatau Steel. Kata dia, sejak awal tahun ini, Pelni sudah mulai mendistribusikan produk pabrik baja dari pelabuhan Cigading (Cilegon) ke Belawan (Sumatra Utara).
Lantas untuk dua mitra lainnya, perusahaan ini masih menunggu pengadaan kapal pengangkutan terlebih dahulu. Terkait kontrak dengan Pertamina, rupanya Pelni masih dalam tahap pembicaraan untuk pembelian dua unit kapal tanker. Sedangkan menyangkut kontrak dengan KPBN, juga masih dibicarakan mengenai pengadaan lima jenis kapal oil batch.
Syahril sendiri optimistis bisnis kargo yang sedang dirintis Pelni ini bisa menyumbang pendapatan perusahaan tahun ini. Ia menargetkan, bisnis kargo bisa berkontribusi sekitar 50% dari target pendapatan sebesar Rp 3,4 triliun sampai akhir tahun ini. "Kalau tahun lalu pendapatan kami baru mencapai Rp 2,4 triliun, sekarang ini bisa menjadi Rp 3,4 triliun," imbuhnya
Alhasil, ke depan, porsi kontribusi pendapatan dari bisnis kargo akan sama dengan kontribusi bisnis angkutan penumpang Pelni. Syahril juga berharap, dengan memperbesar porsi angkutan barang mulai tahun ini, Pelni tidak lagi merugi hanya gara-gara jumlah penumpang kapal terus turun. Maklum, tahun lalu, Pelni harus menanggung kerugian Rp 630 miliar. Nah, tahun ini, ia mengharap Pelni bisa menorehkan rapor biru dengan laba Rp 50 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News