kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Pembajakan Software Tinggi, Indonesia kehilangan Potensi Pendapatan US$ 544 Juta


Kamis, 18 Juni 2009 / 14:18 WIB


Reporter: Nadia Citra Surya | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Tingkat pembajakan pada industri software di Indonesia masih terbilang tinggi. Berdasarkan hasil survei dari International Data Corporation (IDC) mengenai Global Software Piracy Study 2008 menyebutkan, angka pembajakan software di Indonesia naik 1% menjadi 85%.

Kenaikan tersebut tetap mendudukkan Indonesia berada di peringkat 12 dari 110 negara di dunia dengan tingkat pembajakan tertinggi. Sebetulnya, hal ini sangat merugikan. Sebab, secara keuangan, industri software Indonesia kehilangan potensi pendapatan senilai US$544 juta atau naik 32% dari tahun lalu.

Terkait hal tersebut, Business Software Alliance (BSA) Asia Pasifik menilai, Indonesia perlu memiliki kebijakan yang mewajibkan setiap produsen komputer menggunakan atau menginstal software legal pada setiap komputer yang diproduksinya. Kewajiban serupa juga diberlakukan pada setiap komputer yang diimpor ke Indonesia.

Menurut BSA Vice President and Regional Director in Asia Pacific Jeffrey Hardee, dengan kewajiban tersebut maka pemerintah Indonesia bisa lebih mudah memantau penggunaan software bajakan di Indonesia. Kebijakan khusus ini terutama ditujukan untuk menekan penggunaan software bajakan di level pengguna pribadi atau personal end users. Apalagi volume pengapalan (shipment) komputer di Indonesia tertinggi di kawasan Asia Pasifik.

“Shipment komputer Indonesia di level personal end user dan small business pada tahun lalu sangat tinggi, bahkan mengalahkan volume shipment di level medium business yang menjadi target advokasi BSA,” kata Jeffrey.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×