Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Sofyan Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembangunan pabrik vial dan ampul hasil joint venture (JV) antara PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), PT Bio Farma dengan investor asal Korea Selatan (Korsel) tertunda hingga tahun depan.
Direktur Utama Rajawali Nusantara Indonesia, B. Didik Prasetyo mengatakan, rencananya pabrik tersebut akan mulai groundbreaking tahun ini. "Namun, karena ada penyesuaian spesifikasi produk dan kapasitas produksinya maka pembangunannya harus ditunda," kata Didik kepada KONTAN, Senin (21/5)
Dalam pembangunan pabrik vial dan ampul, Rajawali Nusantara Indonesia memegang kepemilikan saham sebesar 35%. Sedangkan Bio Farma mencapai 55% saham, dan investor asal Korea Selatan 10%.
Total investasi pembangunan pabrik vial dan ampul ini awalnya diperkirakan sekitar Rp 133 miliar. Tetapi, jumlah ini masih dapat berubah sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan. "Total investasi sekarang masih dalam tahap penghitungan," ujar Didik.
Saat ini, lokasi pabrik vial dan ampul yang akan dibangun masih dalam penjajajakan. Yakni di kawasan industri Cikampek. Bila pabrik sudah selesai, direncanakan vial dan ampul tersebut akan digunakan untuk kebutuhan internal RNI dan Bio Farma.
Kebutuhan vial dan ampul di dalam negeri trennya akan meningkat terus. Dari catatan KONTAN, untuk injeksi obat-obatan di Bio Farma membutuhkan 35 juta vial per tahun dan sekitar 13 juta ampul per tahun.
Tahun ini, RNI membidik pendapatan sebesar Rp 6,7 triliun. Target ini berarti naik 31,3% dibandingkan dengan realisasi 2017 yang mencapai Rp 5,1 triliun.
Sektor farmasi masih menjadi penyumbang terbesar dari pendapatan perusahaan ini, yakni mencapai 47%. Sementara, bisnis agroindustri memberi andil hampir 30%, sisanya berasal dari bisnis perdagangan, distribusi serta properti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News