kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemeriksaan Meningkat, Gakeslab: Belum Ada Keluhan Terkait Pasokan Alat Tes Covid-19


Jumat, 11 Februari 2022 / 20:08 WIB
Pemeriksaan Meningkat, Gakeslab: Belum Ada Keluhan Terkait Pasokan Alat Tes Covid-19
ILUSTRASI. Produksi Alat-alat Tes Covid-19


Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Perusahaan Alat-Alat Kesehatan dan Laboratorium (Gakeslab) turut menanggapi lonjakan permintaan tes Covid-19 yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir.

Sekretaris Jenderal Gakeslab Randy H. Teguh menyampaikan, sampai saat ini Gakeslab belum menemukan keluhan dari para anggotanya terkait ketersediaan stok alat-alat tes Covid-19 meski akhir-akhir ini terjadi lonjakan pemeriksaan secara signifikan.

Salah satu komponen alat tes Covid-19 yang cukup krusial adalah reagen yakni bahan kimia utama yang dipakai untuk pengetesan Covid-19. Sejauh ini, terdapat sekitar 50 merek reagen yang beredar di pasar yang mana mayoritas merupakan produk impor.

“Sampai sekarang, belum ada keluhan dari lapangan soal stok reagen baik yang disuplai impor maupun dari dalam negeri. Tampaknya teman-teman anggota sudah antisipasi kenaikan kasus,” ungkap Randy, Jumat (11/2).

Baca Juga: Pemeriksaan Terus Meningkat, Ketersediaan Alat Tes Covid-19 Diklaim Masih Cukup

Walau begitu, bukan berarti para pengusaha laboratorium Covid-19 tidak memiliki tantangan. Kebijakan pemerintah yang menetapkan batas maksimal tarif layanan tes PCR sebesar Rp 275.000 untuk Jawa-Bali dan Rp 300.000 untuk luar Jawa-Bali menimbulkan dilema.

Di satu sisi, penetapan tarif tersebut bisa dipahami karena pemerintah ingin seluruh lapisan masyarakat bisa mengakses layanan tes Covid-19 dengan harga yang terjangkau dan kualitas yang mumpuni. Gakeslab dan asosiasi-asosiasi lain yang terkait juga tidak menolak adanya penetapan batas maksimal tarif tes Covid-19 oleh pemerintah.

Namun, di sisi lain, adanya generalisasi tarif layanan Covid-19 dianggap kurang menarik secara bisnis. Sebab, ada banyak komponen pembentuk harga layanan Covid-19 tersebut, mulai dari peralatan tes, reagen, alat pelindung diri (APD), masker, face shield, upah tenaga kesehatan, tagihan listrik, hingga tagihan sewa laboratorium.

“Tiap lab memiliki alat yang berbeda-beda kualitasnya dan itu tidak bisa disamakan tarif layanannya. Ibaratnya kita pergi ke kota lain dengan pesawat atau kereta api, tentu tarif dan kualitas layanan yang diterima bisa berbeda,” terang dia.

Baca Juga: UPDATE Corona Indonesia, 11 Februari: Tambah 40.489 Kasus, Meninggal 100

Maka dari itu, ia menilai, alangkah baiknya apabila pemerintah mau membuka ruang untuk menetapkan tarif layanan tes Covid-19 yang beragam yang menyesuaikan dengan kualitas alat dan infrastrukturnya.

“Kalau ada lab yang punya alat lebih canggih dan bisa proses tes lebih cepat, tidak masalah dihargai lebih mahal,” ujar Randy.

Ia menambahkan, sejalan dengan permintaan yang terus meningkat dan perkembangan teknologi, cepat atau lambat tarif layanan tes Covid-19 juga bisa turun dengan sendirinya mengikuti mekanisme pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×