kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pemerintah Ingin Eksportir Genjot Ikan Patin


Selasa, 14 April 2009 / 09:10 WIB


Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Pemerintah ingin para eksportir ikan Indonesia memanfaatkan kekurangan ikan cod di Eropa dengan mengekspor lebih banyak ikan patin. Kebijakan ini menyusul kebijakan Uni Eropa untuk membatasi perburuan ikan cod.

"Ikan patin makin banyak diminta sebagai pengganti," ujar Saut P Hutagalung, Direktur Pemasaran Luar Negeri Departemen Kelautan dan Perikanan kemarin (13/4).

Saut bilang, ikan patin dipilih karena tekstur dan dagingnya agak mirip dengan cod. Selain itu patin kaya akan protein, cocok dengan standar gizi masyarakat eropa.

"Potensi pasar ikan patin di sana melebihi permintaan Amerika yang mencapai $ 1,1 juta," ujarnya.

Yang menggembirakan, Eropa kini juga mulai meninggalkan Patin asal vietnam. "Eropa sekarang tahu mengapa selama ini Vietnam bisa menjual patin dengan harga murah," kata Saut. Ikan asal Vietnam kandungan airnya mencapai 30 %.

Namun, bukan berarti patin asal indonesia bakal melenggang bebas. "Ukuran ikan patin kita ini masih relatif kecil sekitar 500-600 gram per ekor," jelas Saut. Idealnya berukuran 1 kilogram hingga 1,2 kilogram. "Dengan begitu mudah dibikin filet," lanjutnya.

Selama ini, Eropa meminta patin ukuran 800 gram hingga 1 kilogram. Sedangkan petambak Indonesia, yang masih banyak kalangan rumah tangga, tak sabar menunggu. "Begitu ada yang meminta ukuran 500 gram, mereka langsung jual," ujarnya.

Saat ini, harga jual patin indonesia masih tinggi karena pakannya masih bergantung pada impor. "Beda dengan Vietnam yang memproduksi sendiri tepung ikan," kata Saut.

Suherman Dinata, Presiden Direktur PT Alami Makmur Sembada, perusahaan pengolahan, eksportir, dan budidaya ikan bilang perusahaannya akan memusatkan produksi ikan patin untuk mengisi pasar tersebut dan agar supaya harga bisa ditekan.

Untuk itu, ia akan membangun pabrik pengolahan di Jambi, Riau, dan Kalimantan Selatan. Pemerintah sudah menetapkan ketiga daerah ini sebagai proyek percontohan klaster budidaya ikan Patin.

Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan Martani Huseini membenarkan jika sistem klaster ikan Patin di tiga provinsi itu memang bertujuan mengerek produksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×