kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemerintah Perlu Akselerasi Industri Antara untuk Serap Produk Olahan Smelter


Jumat, 17 Desember 2021 / 18:34 WIB
Pemerintah Perlu Akselerasi Industri Antara untuk Serap Produk Olahan Smelter
ILUSTRASI. smelter pertambangan mineral nikel nickel PT Vale Indonesia Tbk INCO?di Sorowako, Sulawesi Selatan.


Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah dinilai perlu melakukan akselerasi industri antara dalam negeri karena belum mampu menyerap produk olahan mineral secara optimal. Padahal, disaat bersamaan pemerintah terlihat cukup getol mendorong investasi smelter.

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pengolahan dan Pemurnian Indonesia (AP3I) Prihadi Santoso mengungkapkan, saat ini serapan pasar domestik untuk produk yang dihasilkan smelter masih rendah. "Kondisi pasar domestik menyerap produk olahan mineral masih rendah karena saat ini industri antara yang ada sangat sedikit sekali," ungkap Prihadi kepada Kontan, Jumat (17/12).

Prihadi menjelaskan, sebagai contoh untuk produk olahan nikel memiliki potensi serapan yang tinggi jika pabrik baterai mulai terbangun. Kondisi saat ini sendiri serapannya masih tergolong sedikit yakni oleh pabrik stainless steel di Morowali.

Sementara itu, untuk produk olahan tembaga, serapannya hanya sekitar sepertiga dari total yang diproduksi. "Karena adanya perbedaan sistem pembayaran dan kurangnya pendanaan di industri dalam negeri," imbuh Prihadi. Prihadi melanjutkan, perlu ada kebijakan dari pemerintah yang bisa menarik investor-investor luar negeri agar tertarik mendirikan pabrik di Indonesia.

Baca Juga: Selain Adaro (ADRO), Emiten Tambang Batubara Ini Juga Merambah Bisnis Tambang Logam

Dalam proses tersebut, Prihadi menyarankan agar dilakukan kajian yang baik sehingga tidak muncul kebijakan baru yang justru menghambat investasi hilir yang sedang berjalan. "(Juga) kemudahan berinvestasi di dalam negeri dan insentif dari pemerintah, (adanya) kemudahan dalam akses pendanaan, energi murah hingga teknologi yang tepat," jelas Prihadi.

Saat ini sendiri tercatat ada sejumlah proyek smelter yang tengah dituntaskan oleh sejumlah perusahaan.

Head of Corporate Communications PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) Kartika Octaviana mengungkapkan, saat ini pihaknya masih berfokus untuk merampungkan proyek. Kartika tak merinci upaya pencarian pasar untuk produk yang bakal dihasilkan nanti. "Saat ini kami fokus pada proses pembangunan untuk memenuhi mandat Pemerintah Indonesia," kata Kartika kepada Kontan, Jumat (17/12).

Adapun, per Juli 2021 proyek smelter AMNT telah mencapai 27,56%, sesuai dengan target minimum pembangunan yang telah disetujui oleh Pemerintah. Proyek smelter yang memiliki kapasitas input sebesar 900.000 Tonnes Per Annum (TPA) ditargetkan akan selesai pada tahun 2023.

Selain itu, pada 10 Desember 2021 lalu, melalui PT Amman Mineral Industri (AMIN) telah melakukan tahapan finalisasi kontrak dengan dua kontraktor besar untuk proyek Smelter dan Precious Metal Refinery (PMR) AMMAN di Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat.

Penandatangan kontrak dilakukan oleh AMIN dan China Non-ferrous Metal Industry's Foreign Engineering and Construction Co., Ltd (NFC) serta PT Pengembangan Industri Logam (PT PIL Indonesia).

Dalam pemberitaan Kontan, Presiden Direktur Amman Mineral Nusa Tenggara, Rachmat Makkasau mengatakan, salah satu proyek yang terus dilaksanakan di tahun depan adalah melanjutkan pembangunan smelter

Seperti yang diketahui, smelter dengan kapasitas 900.000 ton konsentrat per-tahun ini sedang dalam tahap konstruksi dan memulai pembangunan dengan intens. Namun, dalam proses pembangunannya, Rachmat mengakui, pihaknya mengalami banyak sekali tantangan khususnya karena pandemi Covid-19. 

"Dengan kondisi tersebut kami juga berpikir akan ada delay dalam pelaksanaan dan eksekusi proyek. Namun, kami yakin dapat meminimalkan delay sehingga target yang dicanangkan pemerintah di mana smelter harus selesai pada 2023 paling tidak bisa tercapai," ujarnya dalam webinar yang diselenggarakan E2S dengan topik "Outlook Sektor ESDM 2020: Leading Post-Pandemic Business Recovery" pada Rabu (8/12).

Sementara itu, Chief Financial Officer (CFO) PT Vale Indonesia Tbk Bernardus Irmanto mengungkapkan, seluruh produk yang akan dihasilkan dari dua proyek smelter Vale sudah memiliki kepastian pembeli. "Semua produk yang dihasilkan akan dibeli secara keseluruhan oleh pemegang saham joint venture, jadi tidak perlu lagi mencari pembeli," ujar Bernardus kepada Kontan, Jumat (17/12).

Bernardus memastikan saat ini pihaknya berupaya agar Proyek Smelter Bahodopi dan Pomalaa dapat segera merampungkan proses Final Investment Decision (FID). Dengan demikian, perusahaan dapat segera memulai dua proyek ini. Kontan mencatat, Vale bersiap untuk mendorong  smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Pomalaa, Sulawesi Tenggara dan smelter feronikel di Bahodopi, Sulawesi Tengah.

Baca Juga: Kebutuhan batubara di dalam negeri diproyeksi mengalami peningkatan 25% tahun 2025

Sebelumnya, INCO telah menandatangani dokumen Perjanjian Kerangka Kerjasama Proyek untuk Fasilitas Pengolahan Nikel Bahodopi dengan dua mitra, yaitu Taiyuan Iron & Steel (Grup) Co., Ltd (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology Co., Ltd (Xinhai) pada Juni 2021 lalu.

Menurut perjanjian ini, ketiganya sepakat untuk membentuk perusahaan patungan (JV Co) untuk membangun fasilitas pengolahan nikel di Xinhai Industrial Park, Morowali, Sulawesi Tengah. Dalam perusahaan patungan itu, INCO akan memiliki 49% saham, sedang sebanyak 51% saham  JV Co sisanya bakal dimiliki oleh mitra INCO.  

Nantinya, JV Co ini akan membangun delapan lini pengolahan feronikel rotary kiln-electric furnace dengan perkiraan produksi sebesar 73.000 metrik ton nikel per tahun beserta fasilitas pendukungnya Dalam pemberitaan Kontan, untuk proyek smelter HPAL Pomalaa berkapasitas 40 ribuan ton per tahun, Vale menggandeng Sumitomo Metal Mining Co. Ltd (SMM).

Merujuk pada data Minerba One Data Indonesia (MODI) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), saat ini sudah ada 20 smelter yang selesai dan setidaknya 33 unit smelter dalam proses pengerjaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×