Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perindustrian proyeksikan kontribusi sektor manufaktur pada PDB nasional pada 2020-2024 adalah 19,3%. Dari sana, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 2020-2024 bisa mencapai kisaran 5,5%–6,1% dan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) menyempit hingga 2%.
Muhdori, Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kementerian Perindustrian menyebutkan bawha pihaknya optimis dengan target pemerintah hingga 2024. Hal tersebut tak lepas dari upaya pemerintah mendorong implementasi industri 4.0. "Kami genjot dengan sentuhan 4.0," ujarnya di Jakarta, Rabu (4/9).
Baca Juga: Enam jurus pemerintah dan BI mengakselerasi industri manufaktur
Menurutnya dengan perkembangan teknologi diharapkan mampu memberikan efektivitas dan efisiensi. Karenanya, ia pun berharap industri manufaktur melakukan revitalisasi dengan restrukturisasi.
Muhdori bilang ada lima sektor industri utama mengandalkan digitalisasi yakni; makanan dan minuman, tekstil, otomotif, petrokimia, dan elektronik.
Sementara itu, 10 prioritas nasional sebagai strategi implementasi Making Indonesia 4.0 antara lain, perbaikan alur aliran material, mendesain ulang zona industri, akomodasi standar sustainability dan pemberdayaan UMKM.
Kemudian membangun infrastruktur digital nasional, menarik investasi asing, peningkatan kualitas SDM, pembentukan ekosistem menerapkan insentif investasi teknologi, harmonisasi aturan dan kebijakan.
Baca Juga: Sektor manufaktur tertekan, Integra Indocabinet (WOOD) optimistis kinerjanya kokoh
Dengan begitu, ia optimis target yang telah ditetapkan dapat tercapai. Hanya saja, disebutnya salah satu tantangan untuk menggapai target tersebut dari sisi investasi.
Menurutnya, pengusaha tekstil dan sepatu asal China dipandang paling sulit bekerja sama dengan pengusaha manufaktur asal Indonesia. Adapun saat ini beberapa perusahaan dari China yang banyak masuk di daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat enggan kerja sama dengan pengusaha dalam negeri.
"Bila terus terjadi, maka akan terjadi distorsi industri yang sudah ada sebelumnya," pungkasnya.
Baca Juga: Manufaktur tertekan, emiten tekstil ini yakin tetap tumbuh di semester II 2019
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News