Sumber: Kontan | Editor: Test Test
JAKARTA. Tahun lalu, PT Garuda Indonesia (Persero) membukukan pendapatan Rp 16,7 triliun. Pencapaian ini lebih rendah 6,7% dibanding pendapatan 2008 yang sebesar Rp 17,9 triliun. Namun, perusahaan penerbangan milik negara ini mampu mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang tinggi. Kalau 2008 laba bersih Garuda hanya Rp 669 miliar, maka 2009 lalu laba bersihnya melejit 50,8% menjadi Rp1,009 triliun.
Direktur Utama Garuda Emirsyah Satar menjelaskan, faktor utama yang menyebabkan pendapatan Garuda merosot tahun lalu adalah turunnya harga jual tiket dari harga tiket tahun 2008. Penurunan harga tiket tersebut sejalan dengan penurunan harga avtur di pasar internasional yang tahun lalu anjlok 40% dibanding 2008. Bahan bakar menyumbang 30% - 40% terhadap biaya operasi perseroan.
"Jadi, meskipun jumlah penumpang meningkat 2% dari 10,1 juta menjadi 10,3 juta dengan rata-rata load factor 74%, namun karena ditekan avtur, maka pendapatan tidak ikut meningkat karena rata-rata harga tiket turun," kata Emirsyah, kemarin (17/3).
Penurunan pendapatan Garuda juga disebabkan oleh faktor kerugian kurs dan pendapatan lain. Namun Emirsyah tidak menjelaskan secara rinci mengenai dua hal ini.
Lantas, kenapa laba bersih bisa naik? Menurut Emirsyah, Garuda banyak ditopang pengembangan bisnis, terutama pembukaan dua belas rute baru. Diantaranya rute ke Malang, Kendari, Tanjung Karang, Jambi, Sidney dan Melbourne. Garuda juga melakukan berbagai efisiensi seperti fuel conservation program, electronic procurement, serta perbaikan sistem dan peningkatan produktivitas kerja.
Berbekal kondisi tersebut, Garuda mematok target tinggi tahun ini. "Tahun ini dengan belanja modal US$ 100 juta, kami menargetkan pertumbuhan pendapatan dan laba 15% dibanding 2009. Sementara target penumpang naik minimal 20%," kata Emirsyah.
Modal tersebut semuanya bersumber dari kas internal. Pengunnaanya, antara lain untuk mendatangkan 23 Boeing 737-800NG dan satu unit Airbus 330-200.
Garuda juga akan menggunakan US$ 43,8 juta dari belanja modal tersebut untuk memperbaharui enam unit Airbus A330-300 yang rata-rata sudah dioperasikan Garuda selama 10 tahun. "Biayanya US$ 7 juta untuk satu pesawat. Diharapkan Semester I tahun ini selesai semua," kata Direktur Teknik Garuda Hadinoto Soedigno.
Agar kondisi keuangan kian sehat, tahun ini Garuda berniat merestrukturisasi utang US$ 527,8 juta. "Semua kreditur sudah menandatangani kesepakatan restrukturisasi, kecuali European CreditAgency (ECA) yang tinggal negosiasi dokumentasi," kata Eddy Porwanto, Direktur Keuangan Garuda. Garuda punya utang US$ 247 juta Kepada ECA. Sisanya, antara lain ke Commercial Lender dan Pertamina.
Untuk menambah modal, Garuda akan melepas saham perdana (IPO) kuartal III 2010. "Target dana IPO US$ 300 juta," kata Emirsyah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News