Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harumnya seduhan kopi selalu akrab bagi para pekerja hampir di setiap pagi. Aroma kopi dipercaya mampu meningkatkan konsentrasi, memperbaiki mood, dan semangat. Tingginya kebutuhan ngopi di kalangan para pekerja inilah yang membuat komoditas ini populer.
Dua tahun belakangan, bisnis kopi tanah air kembali bergairah dengan munculnya banyak kedai kopi di berbagai kota. Dari kedai kopi itulah, masyarakat Indonesia mulai mengenal dekat aneka jenis kopi nusantara. Padahal sudah sejak lama, kopi menjadi salah satu komoditas andalan ekspor Indonesia.
Baca Juga: Kemtan fokus kembangkan tingkatkan komoditas pangan di 5 wilayah perbatasan
Berdasarkan data, Bank Indonesia mencatat bahwa pada tahun 2017 Indonesia menduduki posisi ke 7 sebagai eksportir kopi dunia setelah Brasil, Jerman, Vietnam, Colombia, Switzerland, dan Italia. Dengan tiga negara ekspor tujuan, yakni Filipina, Amerika Serikat (AS), dan Eropa. Pada tahun 2018, nilai ekspor kopi Indonesia mencapai US$ 1,4 juta.
Dengan ciri khas yang dipunyai oleh tiap jenis kopi nusantara, tentu peluang ekspornya terbuka lebar.
Direktur Marketing kelompok tani Mitra Karya Tani asal Pasuruan, Jawa Timur, Eddy Harjanto mengatakan Kopi Ledug memiliki potensi besar untuk menembus pasar mancanegara.
Baca Juga: ITFC akan salurkan pembiayaan US$ 30 juta kepada eksportir kopi
“Kopi Ledug ini primadona asal Pasuruan dan sedang naik daun. Saya yakin Kopi Ledug bisa go internasional karena punya cita rasa khas, earthy dan fruity. Rasa earthy itu seperti aroma moka cenderung manis dan rasa fruity seperti aroma buah-buahan,” jelas Eddy pada Kontan.co.id, belum lama ini.
Ia lanjut menjelaskan soal faktor lain yang membuat Kopi Ledug layak menembus pasar ekspor, yakni soal kelangkaan dan eksklusifitas. Kopi Ledug tidak banyak ditemui di daerah lain Indonesia, sehingga keunikan rasa bisa menjadi nilai jual eksklusif kopi jenis ini.
“Lahan yang digunakan untuk menanam Kopi Ledug juga tidak besar, ini bisa jadi nilai tambah ekspor. Produksinya terbatas tapi yang mencari Kopi Ledug cukup banyak,” ungkapnya.
Baca Juga: Produsen farmasi ramai-ramai lirik produk anti-kanker
Pangsa pasar Kopi Ledug saat ini adalah sejumlah kafe di Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Kediri, Mojokerto, dan Bali. Untuk paket penjualan ke mancanegara, Eddy menyebut Kopi Ledug sudah mengisi beberapa kafe di Jepang, Korea, Italia, Belanda, dan Taiwan.
“Untuk ke depan, saya ingin Kopi Ledug bisa dikenal lebih luas lagi. Saya dan teman-teman petani berharap bisa masuk ke pasar Amerika dan Afrika,” ujar Eddy.
Hal senada diungkapkan oleh Teuku Dharul Bawadi, pemilik Bawadi Coffee. Ia mengatakan, jika pasar ekspor sangat terbuka bagi produk kopi Indonesia. Ia sendiri telah berhasil menembus 8 negara seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand, China, India, Australia, dan Kanada.
Baca Juga: Ekspor Meningkat, Neraca Perdagangan per Mei Mencetak Surplus
“Kenapa saya lebih tertarik ke market luar negeri karena di luar negeri kami tidak bersaing dengan kompetitor. Kalau kami masuk ke nasional harus ada nama, karena orang agak susah menerima produk baru kalau memang dia belum ada nama,” ungkapnya.
Bawadi Coffee dijual mulai Rp 15.000 – Rp 250.000 per pack. Setiap bulan, Bawadi bisa memproduksi 12 ton greenbean. Ia menggandeng mitra petani kopi asal Aceh sejumlah 1.840 orang untuk memasok bahan baku biji kopi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News