Reporter: Agung Hidayat | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. PT United Tractors Tbk menjual 847 unit alat berat sepanjang kuartal I 2017. Volume penjualan itu naik 69,74% dibandingkan periode sama tahun lalu, yakni 499 unit alat berat.
Tipe alat berat yang paling banyak terjual ialah ekskavator seberat 20 ton. Penjualan alat berat tersebut berkontribusi hampir 40% terhadap total penjualan.
Berangkat dari pencapaian tersebut, United Tractors semakin pede dengan prospek bisnis alat berat 2017. Apalagi, awal April kemarin mereka baru saja merilis produk baru yakni ekskavator Komatsu PC 195LC-8, dengan berat standar 19,5 ton.
United Tractors berharap, produk anyar itu bisa mengisi kebutuhan alat berat untuk pekerjaan konstruksi skala medium. "Setelah diluncurkan mulai April ini, kami ingin bisa jual 200 unit untuk ekskavator baru ini," ujar Iman Nurwahyu, Director Sales Operation PT United Tractors Tbk, usai rapat umum pemegang saham (RUPS), Rabu (13/4).
Asal tahu saja, target penjualan alat berat United Tractors tahun ini antara 2.700-2.800 unit. Perusahaan berkode saham UNTR di Bursa Efek Indonesia itu memprediksi, sektor konstruksi bakal merajai penjualan alat berat. Proyeksi kontribusi penjualannya hingga 45% terhadap total penjualan alat berat.
Selain sektor konstruksi, harapan United Tractors berada pada sektor pertambangan. Mereka memprediksi penjualan alat berat sektor pertambangan mencapai 500-700 unit tahun ini.
Kalau sektor lain seperti perkebunan tak menjadi perhatian utama. United Tractors menilai, sektor tersebut belum akan memberikan kontribusi signifikan.
Memacu bisnis lain
Sembari memacu penjualan alat berat, United Tractors menggeber unit bisnis lain. Misalnya, bisnis kontraktor pertambangan melalui PT Pamapersada Nusantara. United Tractors ingin pendapatan Pamapersada naik 5%-10%.
Demi mendukung target, United Tractors menyediakan dana belanja modal sekitar US$ 500 juta. Duit tersebut untuk belanja belanja alat berat Pamapersada.
Tak heran Pamapersada mendapatkan dana belanja jumbo. Anak perusahaan itu memang rajin menyumbang pendapatan besar. Tahun lalu misalnya, bisnis kontraktor penambangan berkontribusi Rp 25,76 triliun atau 47,80% terhadap total pendapatan sebelum dikurangi eliminasi Rp 53,89 triliun.
Prestasi bisnis kontraktor pertambangan tak cuma pada topline. Unit bisnis itu juga menyumbang 65% bagi bottom line atawa laba bersih United Tractors. "Sisanya 25% dari distribusi alat berat dan 10% mining," beber Iwan Hadiantoro, Direktur Keuangan PT United Tractors Tbk, dalam kesempatan yang sama.
Pada bisnis pertambangan, United Tractors memiliki PT Acset Indonusa Tbk. Mereka ingin, volume penambangan batubara Acset Indonusa naik, dari 6,8 juta ton tahun lalu, menjadi 7 juta ton-7,5 juta ton tahun ini.
Sementara pada bisnis kelistrikan, United Tractors akan melanjutkan pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Tanjung Jati di Jepara, Jawa Tengah. Sejauh ini, sudah ada empat unit pembangkit di sana.
United Tractors berencana membangun dua unit pembangkit lagi dengan kapasitas masing-masing 1.000 mega watt (MW). Target penyelesaian proyek tersebut pertengahan tahun 2021.
United Tractors menggarap Tanjung Jati melalui konsorsium. Mereka menggengam 25% saham konsorsium. Total nilai investasinya US$ 4 miliar. Sebanyak US$ 3,2 miliar sumber pendanaan berasal dari pinjaman. Lantas, US$ 800 juta sisanya dari kas internal United Tractors.
Selain Tanjung Jati, United Tractors juga tengah membangun pembangkit listrik 2,15 MW di Kalimantan Tengah. Mereka akan menggunakan sumber setrum itu untuk mendukung aktivitas pertambangan sendiri. "Kalau ada sisanya, mungkin kami jual ke PT Perusahaan Listrik Negara (PLN)," tutur Iwan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News