kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45899,82   -6,48   -0.71%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penjualan rumah menengah tersendat


Rabu, 26 November 2014 / 16:04 WIB
Penjualan rumah menengah tersendat
ILUSTRASI. Langkah pemerintah melakukan moratorium pembangunan smelter nikel kelas dua dinilai tepat. ANTARA FOTO/Jojon/hp.


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Pasar perumahan menengah di Indonesia sejatinya masih besar. Tapi, harga rumah yang sudah kelewat mahal, menyebabkan tak terjangkau oleh konsumen.

Hasan Pamudji, Associate Director Knight Frank Indonesia menuturkan, kondisi ini  terjadi karena harga tanah sudah tinggi. Plus ditambah kenaikan harga barang-barang akibat kebijakan kenaikan bahan bakar minyak subsidi.

Padahal, berdasarkan riset perusahaan konsultan properti PT Aristo Bangun Selaras, di kawasan Jabodetabek masih terjadi kekurangan pasokan rumah sebanyak 1,65 juta unit  pada tahun depan. Besarnya angka tersebut lantaran pertumbuhan harga tanah yang cukup tinggi, yakni sekitar 20,17% per tahun.

Kondisi ini membuat sejumlah pengembang kesulitan membuat proyek hunian dengan harga terjangkau. Ia menyebut dengan harga tanah yang sudah mencapai Rp 20 juta per meter persegi (m²) di lokasi strategis, pengembang sudah tidak bisa lagi membangun perumahan dengan harga terjangkau, misalnya di bawah Rp 400 juta per unit. "Pertumbuhan hunian menengah akan sulit tumbuh, pasarnya bergerak lambat dan stabil," ujar Hasan pada KONTAN Selasa (25/11).

Pasalnya, konsumen yang disasar dari jenis rumah menengah ini harus menyisihkan dana cukup lama untuk membayar uang muka dan angsuran rumah. Maklum saja Bank Indonesia mewajibkan uang muka kredit pemilikan rumah, minimal sebesar 30% dari harga jual rumah.

Supaya bisnis tetap jalan, Hasan menyarankan pengembang memberikan kemudahan konsumen. Seperti memperpanjang masa pembayaran uang muka atau cicilan rumah. Misalnya selama tiga tahun sampai enam tahun untuk uang muka. Sedangkan untuk cicilan bisa sampai 60 kali.

Pengusaha properti Nathalia Sunaidi yang juga Pemimpin Rotterdam Properti dan Samara Dana Properti sepakat dengan intensif bagi calon pembeli. Misalnya kemudahan pembayaran uang muka secara angsuran yang lebih panjang. Soalnya, pembeli proyek properti kelolaannya sebagian besar adalah pemakai atawa end user. "Kebanyakan pembeli akhir sehingga penjualan perumahan kami cukup baik," katanya.

Rotterdam Properti sudah mengerjakan 15 proyek perumahan di sekitar Jabodetabek dengan rentang harga Rp 300 juta sampai Rp 500 juta per unit. Terbaru, Rotterdam Depok Residences di Depok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×