kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Penurunan harga gula terus berlanjut


Selasa, 03 September 2013 / 07:15 WIB
Penurunan harga gula terus berlanjut
ILUSTRASI. Roti tawar dengan merek dagang Sari Roti produksi dari PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI)


Reporter: Fitri Nur Arifenie, Maria Elga Ratri | Editor: Fitri Arifenie

JAKARTA. Harga lelang gula terus anjlok. Pada bulan Mei semisal, harga lelang gula cuma Rp 10.350-Rp 10.450 per kilogram (kg). Dua bulan kemudian, yakni bulan Juli, harga turun menjadi Rp 9.800-Rp 10.000 per kg. Per Agustus, harga lelang gula turun kembali menjadi Rp 9.200-Rp 9.400 per kg.
Soemitro Samadikoen, Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) menduga, rendahnya harga lelang gula karena membanjirnya gula rafinasi dan gula impor ilegal di pasaran.


Berdasarkan data APTRI, gula rafinasi telah merembes ke pasar di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan DKI Jakarta. Tahun lalu, impor gula rafinasi mencapai 2,7 juta ton. Padahal kebutuhan industri hanya 1,7 juta ton.


"Kami ingin, harga gula di kisaran Rp 10.500 sampai Rp 11.000 per kg agar petani tak terlalu terbebani ongkos produksi," kata Soemitro.


Masyarakat lebih memilih gula rafinasi karena harganya miring. Ia mencontohkan, untuk gula kristal putih (GKP), di tingkat pedagang di patok Rp 9.000 sampai Rp 10.000 per kg. Sementara, gula rafinasi hanya Rp 5.300 sampai Rp 6.000 per kg. "Gula rafinasi bisa murah karena dibuat dari raw sugar yang harganya murah," kata Soemitro.


Sukadi Wibisono, Ketua APTRI Jawa Tengah mengatakan harga gula di Jawa Tengah per Agustus rata-rata Rp 9.470 per kg, turun dibandingkan Juli, yakni Rp 10.050. Penyebabnya adalah manajemen tebang angkut pabrik gula.


Proses antrian tebang angkut hingga proses produksi mencapai empat sampai lima hari. Padahal standar proses seharusnya tak lebih dari satu hari. Tebu yang baru ditebang, langsung diangkut untuk diproses di pabrik gula.


"Akibatnya rendemen gula turun menjadi 6% saja. Padahal sebelumnya bisa lebih dari 7%," katanya


Soemitro khawatir, jika harga lelang gula terus turun bisa mengancam target swasembada gula. Sebab, petani akan beralih ke tanaman lain yang lebih menguntungkan. Dengan kondisi saat ini, menurut Soemitro, petani tebu nyaris tak mendapatkan untung.


Soemitro menghitung, untuk satu hektare (ha) lahan tebu, petani paling tidak harus mengeluarkan ongkos hingga Rp 39 juta. Ongkos tersebut sudah termasuk ongkos penebangan Rp 14 juta, biaya sewa lahan Rp 18 juta, bibit baru sebesar Rp 6 juta dan biaya lainnya seperti pupuk dan karyawan. "Andai rendemen dipatok 6% dengan harga lelang gula sekitar Rp 9.500 per kg, petani hanya memperoleh Rp 37,6 juta," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×