kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Peralihan menuju energi bersih di kawasan Asia Tenggara dinilai menuju titik cerah


Senin, 02 November 2020 / 06:08 WIB
Peralihan menuju energi bersih di kawasan Asia Tenggara dinilai menuju titik cerah
ILUSTRASI. Kompleks perumahan pengguna Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap di Tangerang, Banten, Senin (7/9).


Reporter: Filemon Agung | Editor: Yudho Winarto

Untuk Indonesia sendiri, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform Fabby Tumiwa mengungkapkan pengembangan EBT di Indonesia dilakukan lewat rencana pemerintah untuk meningkatkan pemanfaatan biofuel dan elektrifikasi transportasi

"Penting mengatasi kapasitas batubara yang ada di negara kaya bahan bakar fosil seperti Indonesia dengan menghentikan rencana pembangkit listrik tenaga batubara (PLTU) baru," jelas Fabby.

Di sisi lain, diskusi SIEW juga berfokus pada tantangan dan peluang utama seputar hidrogen sebagai sumber alternatif.

Tobias Kadziela, Director Sales Operation Asia Pacific Siemens, menyoroti bagaimana beberapa jalur dekarbonisasi dapat diambil untuk mencapai target energi antara lain melalui peningkatan teknologi yang ada yang layak dan terbukti, Pengubahan campuran bahan bakar, atau hibridisasi, untuk pengurangan karbon serta penerapan teknologi dekarbonisasi dalam seperti elektroliser.

Kendati demikian, menurutnya keragaman kawasan di Asean membuat pengembangan EBT tiap negara memiliki takaran yang berbeda.

"Pembuat kebijakan perlu menemukan formula atau kerangka kerja mereka sendiri untuk mengintegrasikan energi terbarukan ke dalam sistem energi," tegas Tobias.

Sementara itu, Matthias Deutsch, Senior Associate di Agora Energiewende menyinggung tentang nilai hidrogen dalam dekarbonisasi pada sektor yang sulit dikurangi seperti penerbangan dan baja.

"(Ada) harga yang tinggi dan kelangkaan hidrogen terbarukan dibandingkan dengan solusi konvensional, serta perlunya dukungan kebijakan yang jelas untuk menjembatani kesenjangan biaya," tandas Matthias.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News





[X]
×