kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.909   21,00   0,13%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Peran Vital GTSI dalam Implementasi Energi Bersih di Indonesia


Jumat, 05 Agustus 2022 / 11:21 WIB
Peran Vital GTSI dalam Implementasi Energi Bersih di Indonesia
ILUSTRASI. Kontan - PT GTS International Kilas Online


Reporter: Tim KONTAN | Editor: Ridwal Prima Gozal

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perubahan iklim menyebabkan dampak yang merugikan bumi mulai dari cuaca ekstrem hingga kerawanan air dan pangan. Penggunaan energi bersih menggantikan energi fosil menjadi solusi kunci untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dan membalikkan dampak perubahan iklim.

Komitmen Indonesia dalam menurunkan emisi gas rumah kaca ditegaskan dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) yang diperbarui pada 22 Juli 2021 yaitu sebesar 29% dengan upaya sendiri dan 41% dengan bantuan internasional. Bahkan, pemerintah Indonesia berjanji akan mencapai emisi nol bersih (net zero emission) pada tahun 2060 atau lebih cepat.

Untuk mencapai target tersebut, Indonesia mulai mengaplikasikan transisi energi. Gas alam cair (LNG) menjadi pilihan utama sebagai energi bersih dalam masa transisi energi karena menghasilkan emisi karbon 40% lebih rendah dibandingkan batu bara dan 20% lebih rendah dibandingkan minyak bumi. Selain lebih ramah lingkungan, penggunaan LNG juga lebih hemat biaya karena harganya lebih murah dibandingkan bahan bakar minyak (BBM).

Hal inilah yang mendasari kebijakan pemerintah mengkonversi pembangkit listrik BBM menjadi LNG. Kebijakan tersebut diatur melalui Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM No. 13 Tahun 2020 dan terbaru melalui Kepmen ESDM No. 2 Tahun 2022. Kapasitas keseluruhan pembangkit listrik PLN yang membutuhkan LNG adalah sebesar 1.198 MW dengan kebutuhan gas mencapai 83,74 BBTUD.

Kebijakan pemerintah untuk mencapai emisi nol bersih melalui gasifikasi pembangkit listrik ikut memberikan peluang besar bagi PT GTS Internasional (GTSI) sebagai Perseroan yang bergerak di bidang transportasi LNG dan infrastruktur regasifikasi sejak tahun 1990. Saat ini, GTSI memiliki dan mengoperasikan dua kapal LNG yakni Ekaputra 1 dan Triputra serta dua FSRU (Floating Storage and Regasification Unit) yaitu FSRU Sulawesi dan FSRU Jawa Satu. Perseroan juga berencana membangun FRSU permanen sebagai bagian dari ekosistem rantai pasokan LNG di Indonesia.

Kontan - PT GTS International Kilas Online

Tammy Meidharma, Direktur Utama GTSI mengatakan Perseroan berkomitmen penuh dan siap mendukung kebijakan emisi nol bersih dengan segala aset dan pengalaman yang dimiliki GTSI.

“Kami turut serta mendukung kebijakan tersebut dengan menyediakan kapal pengangkut LNG berskala besar, sedang, dan kecil untuk menjangkau pelosok tanah air. Begitu pula dengan pengalaman kami mengadakan dan membangun infrastruktur regasifikasi, GTSI dapat memberikan solusi yang efektif dan efisien dalam pemerataan distribusi LNG ke pelosok tanah air, sehingga tercapai biaya pengadaan dan operasional yang kompetitif dan menguntungkan bagi pemerintah,” ujarnya.

Energi Bersih di KTT G20

Transisi energi juga menjadi agenda penting Forum G20 karena negara-negara anggotanya menyumbang 78% emisi karbon dunia. Dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Presidensi G20 2022 di Bali, 15-16 November mendatang, 500 mobil listrik disiapkan sebagai transportasi para pemimpin negara dan delegasi lainnya. Untuk menyuplai listrik dengan energi bersih selama perhelatan acara puncak Presidensi G20 tersebut, pemerintah merelokasi satu unit PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga Gas) berkapasitas 200 MW dan membangun PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) Hybrid berkapasitas 3,5 MW di Bali.

Sebelum menjadi tuan rumah KTT Presidensi G20 2022, masyarakat Bali pun telah mulai mengaplikasikan penggunaan energi bersih dalam industri pariwisata dan kegiatan sehari-hari. Keseriusan Pemprov Bali terkait implementasi energi bersih misalnya diterapkan melalui Peraturan Gubernur Bali No. 48 Tahun 2019 tentang Penggunaan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai. Untuk mendukung kebijakan ini, PLN menyediakan stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) di beberapa titik di Bali.

GTSI memiliki peran vital dalam proses pendistribusian energi bersih untuk mensukseskan pelaksanaan KTT Presidensi G20 2022 dan mewujudkan Bali sebagai provinsi hijau. Melalui Kapal Triputra, saat ini GTSI mendistribusikan LNG dari Bontang-Kalimantan Timur menuju Benoa-Bali untuk memasok bahan bakar ke PLTDG (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel dan Gas) Pesanggaran, Benoa. GTSI telah melakukan upaya ini sejak 2016 untuk mendukung proyek gasifikasi PLTDG Pesanggaran yang sebelumnya menggunakan bahan bakar Marine Fuel Oil (MFO).

“Kami juga turut mensukseskan proyek gasifikasi PLTDG Pesanggaran pada tahun 2016 dengan memberikan solusi teknikal, diagram LNG Flow, dan teknikal support assistance dalam melakukan gassing up pipa Cryogenic LNG yang mengalirkan LNG dari Terminal Jetty menuju ke Onshore Receiving Facilities (ORF) hingga dapat memasok LNG Gas untuk PLTDG Pesanggaran,” tutur Dandun Widodo, Direktur GTSI.

Menjaga Kepercayaan Pelanggan

Seiring dengan tren konversi energi fosil menjadi energi bersih, potensi kebutuhan LNG di masa depan terus meningkat, baik di lingkup domestik maupun global. GTSI pun telah menyiapkan sejumlah rencana pengembangan bisnis untuk menyambut peluang tersebut.

Selain tetap mendukung dan mensukseskan program pemerintah, Perseroan akan melakukan perpanjangan kontrak-kontrak pengangkutan LNG yang bersifat Long Term Contract (Time Charter) dengan beberapa produsen gas berskala internasional seperti Pertamina, PGN, dan BP Tangguh. GTSI juga berencana ikut serta dalam beberapa tender proyek pengadaan regasifikasi PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) yang terdapat pada beberapa titik lokasi di Indonesia Tengah dan Timur.

Adapun terkait pengembangan bisnis di bidang pengadaan FSRU, Direktur Utama GTSI Tammy Meidharma mengungkapkan bahwa Perseroan berencana melaksanakan dua langkah strategis.

“Kami akan membeli kapal small scale LNG untuk dikonversi menjadi FSRU yang akan dialokasi untuk regasifikasi pada PLTU di kawasan Sulawesi Utara. Selain itu, kami juga akan mengkonversi kapal pengangkut LNG menjadi FSRU untuk mendukung proyek regasifikasi di Indonesia Timur,” kata Tammy.

Untuk menjaga kepercayaan pelanggan, GTSI berkomitmen tetap menyediakan kapal LNG berukuran besar dan sedang dengan mengutamakan keselamatan muatan, awak kapal dan kapal, serta performa kapal yang sesuai dengan Time Charter.

“GTSI berpengalaman sebagai perusahaan transportasi LNG selama 30 tahun, dan memiliki tenaga ahli pendukung operasional, awak kapal yang berpengalaman serta bersertifikasi internasional. Dengan keunggulan-keunggulan tersebut, kami yakin dapat menjaga kepercayaan pelanggan serta meningkatkan kredibilitas Perseroan pada industri LNG di tanah air,” pungkas Direktur GTSI Dandun Widodo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×