kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perhutani optimistis kinerja tahun ini bisa tumbuh 9%


Selasa, 09 Juli 2019 / 16:33 WIB
Perhutani optimistis kinerja tahun ini bisa tumbuh 9%


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perum Perhutani optimistis kinerja perusahaan tahun ini akan tumbuh. Tahun lalu, perusahaan mencatatkan pertumbuhan signifikan dari sisi penjualan naik 21% dari Rp 3,62 triliun menjadi Rp 4,38 triliun. Selain itu, laba bersih juga tumbuh sebesar 49% dari 437,67 miliar menjadi Rp 653,98 miliar.

Denaldy Mulino Mauna, Direktur Utama Perhutani menjelaskan tahun ini iklim politik dan cuaca memang sedikit menghambat produksi perusahaan. Namun perusahaan akan mengejar pertumbuhan signifikan di semester II tahun ini untuk mencapai target. "Kami targetkan kurang lebih 8%-9% pertumbuhan ketimbang tahun lalu," ujarnya di Jakarta, Selasa (9/7).

Baca Juga: Peternak berharap harga ayam naik ke level referensi Kemendag

Sampai semester I, dirinya menjelaskan perolehan target laba sudah mendekati 50%. Selain dari pendapatan Gondorukem-Terpentin, Kayu Jati, Eco Wisata, perusahaan juga mulai menjamah bisnis biomassa pada tahun ini sebagai sumber pendapatan baru.

Sebenarnya perusahaan sendiri telah merintis biomassa dengan melakukan pilot project pada tahun 2013 silam di Semarang, Sukabumi, Kediri dan lainnya. Lahan seluas 2000 ha ditanami tanaman Gamal dan 3.800 ha ditanami Kaliandra Merah.

Baca Juga: Ini yang dilakukan Kemendag untuk naikkan harga ayam

"Bisnis proses bisa dipersingkat untuk bisa kompetitif, itu menurut saya yang mesti kami sentuh. Tahun ini bisa lebih baik (dengan biomassa) kalau saat ini, secara total ada gap antara supply dan demand biomassa hampir US$ 17 juta," lanjutnya.

Asal tahu saja, tanaman biomassa hanya bisa dipanen setiap umur 2 tahun selama daur 15 tahun. Selain itu potensi pendapatan kayu biomassa bisa mencapai Rp 60 juta per hektare dan bila diolah menjadi wood pallet bisa mencapai Rp 180 juta per hektare.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×