Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Tidak ada yang menyangka program Katalis Merah-Putih di Kilang Dumai bakal sukses menghasilkan produksi D100. Sebuah produk bahan bakar yang bahan bakunya menggunakan 100% kelapa sawit.
Katalis Merah-Putih sudah dikembangkan Pertamina-ITB sebagai formula menghasilkan D100 atau diesel 100% dari bahan bakar sawit (BBS) sejak tahun 2003 dan kini sudah bisa dipakai untuk bahan bakar Kijang Innova 2017.
Baca Juga: Program B100 Jokowi berhasil diwujudkan, Pertamina kini punya bahan bakar 100% sawit
Kepala Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalisis ITB Subagjo mengatakan, perjalanan membangun Katalis Merah-Putih yang merupakan sebuah formula baru buatan anak negeri untuk menghasilkan bahan bakar nabati sudah dirintis sejak tahun 2003.
"Saat itu Pertamina meminta saya membuat katalis sendiri, kalau bisa nanti kita ujicoba di Kilang Dumai," kata dia Subagjo, Rabu (15/7).
Kemudian, kata Subagjo, pihaknya bersama Pertamina Research & Technology Center (RTC)-ITB terus melakukan riset dan uji coba di dari tahun 2005-2011. Tepatnya pada 13 Juli 2020 pihaknya melakukan uji cpoba 3,6 ton di reaktor naphtha hydrotreater (NHDT) Kilang Dumai.
Belanjut lagi, tahun 2011-2019 berbagai jenis sudah dihasilkan dan lebih dari 200 ton digunakan Pertamina untuk menggantikan katalis impor.
Kemudian akhirnya pada tanggal 20 bulan 2 tahun 2020, Subagjo berkomunikasi dengan Budi Santoso Syarif yang saat itu masih menjadi Direktur Pengolahan Pertamina untuk meneruskan riset dan proyek membuat D100 tersebut.
"Saya katakan agar ini direalisasikan, ya saya mau langsung saja bicara untuk memakai kilang stand alone, kemudian belum saya bicara pak Budi langsung bisa pakai kilang yang mana saja, kalau bisa tidak pakai lama," kata Subagjo.
Pilihannya jatuh di Kilang Dumai, Subagjo merasa kilang tersebut paling tepat untuk melakukan ujicoba Katalis Merah Putih dan benar saja akhirnya produk D100 berhasil diproduksi sebanyak 1.000 bph.
"Saya saat itu tak bisa ke Dumai karena pandemi, tetapi saya senang dan saya kabarkan ke semua teman saya bahwa proyek ini berhasil dengan produk D100," ujar dia.
Dia mengatakan, dirinya sangat beruntung bekerjasama dengan Pertamina terutama dipertemukan dengan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dan Budi Santoso Syarif yang mendukung proyek energi bersih ini.
"Keberhasilan Pertamina RTC-ITB menghasilkan produk D100 dan lainnya adalah untuk memenuhi keinginan bapak Presiden Joko Widodo, ini sudah terwujud, saya senang sekali," imbuh dia.
Butuh Waktu 30 Tahun
Perjuangan Guru Besar ITB Subagjo untuk membuat Katalis Merah Putih bukan hal yang mudah. Ia menghabiskan lebih dari 30 tahun untuk menemukan formula katalis yang cocok.
Awal mulanya ia mengembangkan katalis untuk mengubah sisa minyak goreng menjadi bensin. Namun gagal karena tidak menguntungkan. Sampai tahun 1996, ITB dilirik industri untuk mengembangkan katalis.
Baca Juga: Erick Thohir tagih utang pemerintah ke 7 BUMN senilai Rp 113 triliun di DPR
PT PIM (Pupuk Iskandar Muda) mengajak ITB untuk mengembangkan adsorben H2S dalam gas bumi. Pada tahun 1999, peneliti ITB berhasil menemukan formula adsorben yang memiliki kapasitas adsorpsi dua kali lipat dari yang dimiliki PT PIM.
Sayangnya absoeben yang diberi nama PIMIT-B1 tidak bertahan lama. Hal ini dikarenakan PT PIM mendapat pasokan gas baru. Disaat yang sama kepercayaan industri dengan buatan dalam negeri masih rendah.
Tahun 2003, ITB bekerja sama dengan Pertamina melakukan uji coba katalis reaktor skala pilot dan dinyatakan memiliki aktivitas lebih tinggi dari katalis yang ada dipasaran. Katalis ini diberi nama PITN 100-2T. Inilah yang menjadi cikal bakal Katalis Merah Putih.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News