kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perlu Inovasi untuk Mencapai Tata Kelola Kelapa Sawit Berkelanjutan


Jumat, 01 April 2022 / 15:53 WIB
Perlu Inovasi untuk Mencapai Tata Kelola Kelapa Sawit Berkelanjutan
ILUSTRASI. Perlu Inovasi untuk Mencapai Tata Kelola Kelapa Sawit Berkelanjutan


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kelapa sawit menjadi satu-satunya komoditas yang mempunyai sertifikat berkelanjutan mulai dari hulu sampai hilir. Praktik sawit berkelanjutan ini telah menjadi komitmen dan norma bersama seluruh pemangku kepentingan di industri kelapa sawit untuk diimplementasikan dan dikembangkan secara terus menerus.

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Musdhalifah Machmud, mengatakan bahwa pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 44 tahun 2020 tentang Sistem Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesia Sustainable Palm Oil/ISPO) sebagai bagian tanggung jawab nasional, bukan hanya tanggung jawab satu institusi/lembaga, untuk menjaga sawit Indonesia. 

Industri sawit Indonesia perlu dikelola dengan memperhatikan aspek sosial, ekonomi serta lingkungan yang perlu dijaga keberlanjutannya dari generasi ke generasi. "Dengan terbitnya ISPO menjadi bukti Indonesia menjalankan sustainability dengan menunjukkan komitmennya melalui ISPO sebagai standar sustainability,” urai Musdhalifah saat memberikan pidato kunci dalam webinar bertemakan "Inovasi Sebagai Kunci Tata Kelola Sawit Inklusif dan Ramah Lingkungan” yang diselenggarakan Majalah Sawit Indonesia dan Syngenta, Kamis (31/3). 

Dialog webinar yang berlangsung hybrid ini dihadiri sekitar 500 peserta dengan menghadirkan Herdrajat Natawidjaja (Koordinator Tim Sekretariat Komite ISPO), Narno (Ketua Forum Petani Sawit Berkelanjutan Indonesia/FORTASBI), dan Cindy Lim (Head of Sustainable and Responsible Business Syngenta Asia Pacific) sebagai pembicara.

Baca Juga: Program Mandatori Biodesel Sudah Menunjukkan Perkembangan Menjanjikan

Musdhalifah menyebutkan pemerintah juga mendorong adanya inovasi dalam implementasi praktik sawit berkelanjutan. Pola intensifikasi menjadi tumpuan untuk meningkatkan produktivitas, dibandingkan melakukan perluasan lahan (ekstensifikasi).

"Kegiatan intensifikasi telah berjalan melalui program PSR (Peremajaan Sawit Rakyat) dengan menggunakan benih sawit unggul. Selain itu, kegiatan peremajaan sawit ini juga menerapkan Good Agriculture Practices di perkebunan sawit terutama oleh petani," ujar Doktor Lulusan IPB University ini.

Dalam sesi diskusi, Herdrajat Natawijaya menjelaskan bahwa Indonesia memiliki komitmen dalam pembangunan berkelanjutan yang mengacu pada UU Nomor 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Dalam regulasi tersebut dijelaskan bahwa Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan masa depan. 

Dijelaskan Herdrajat, terdapat empat komponen pembangunan berkelanjutan yaitu dinamis, serasi, seimbang, dan terpadu. Implementasi sertifikasi ISPO merupakan upaya pemerintah dalam menuju pembangunan berkelanjutan.

Baca Juga: Kinerja Moncer, Laba Bersih Austindo Nusantara Jaya (ANJT) Melonjak 1.695% di 2021

Sertifikasi ISPO memiliki tiga tujuan, yaitu memastikan dan meningkatkan pengelolaan serta pengembangan perkebunan kelapa sawit sesuai prinsip dan kriteria ISPO; meningkatkan keberterimaan dan daya saing hasil perkebunan kelapa sawit Indonesia di pasar nasional dan internasional; dan Mmeningkatkan upaya percepatan penurunan emisi gas rumah kaca.

Head of Sustainable & Responsible Business Syngenta Asia Pacific, Cindy Lim menuturkan bahwa Syngenta sedang memperkenalkan salah satu inovasinya berupa alat aplikasi produk perlindungan tanaman yang disebut closed-loop knapsack system (CLKS). 

“Selain aman, CLKS dapat membantu petani menghemat waktu karena tidak perlu lagi mencampur produk perlindungan tanaman, dan lebih mudah saat membersihkannya,” jelasnya. 




TERBARU

[X]
×