Reporter: Agung Hidayat | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Baru-baru ini industri petrokimia nasional menerima dana investasi dari Siam Cement Group (SCG) asal Thailand. Perusahaan tersebut menggandeng korporasi lokal, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) untuk membangun kompleks petrokimia baru di kawasan TPIA di Cilegon, Jawa Barat.
Rencananya, SCG sudah lebih dulu menggenggam 30% saham Chandra Asri, akan menggandakan kapasitas produksi cracker ethylene TPIA yang tadinya sebesar 1,4 juta ton per tahun. Nilai investasinya mencapai US$ 5,5 miliar atau setara dengan Rp 80 triliun.
Mengutip data Kementerian Perindustrian (Kemperin) hingga tahun 2025 mendatang, setidaknya ada 11 rencana investasi petrokimia yang siap dilaksanakan di Indonesia.
Menganggapi ramainya investasi di sektor tersebut, Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiono merasa tak heran.
"Sebab demand kita terus bertambah, tiap tahunnya kebutuhan akan produk petrokimia hulu bisa mencapai 5,5-5,8 juta ton," tutur Fajar kepada Kontan.co.id, Minggu (25/3). Guna memenuhi kebutihan tersebut, kata Fajar, sekitar 50% masih didapat dari impor.
"Sebab demand-nya memang lebih tinggi dari kapasitas produksi yang ada," ujarnya. Tahun ini saja, diperkirakan permintaan akan produk petrokimia hulu tersebut bisa tumbuh 6%-7%.
Selain investasi SCG, di dalam negeri juga terdapat proyek industri naphtha milik Lotte Chemical di Cilegon, Banten dengan investasi sebesar US$ 3,5 miliar. Proyek ini diproyeksikan selesai tahun 2023.
Sementara itu proyek industri metanol menjadi olefin di Teluk Bintuni, Papua Barat dengan investasi sekitar US$ 2,5 miliar juga tengah melalui proses pelelangan. Beberapa Investor potensial dalam proyek ini adalah PT Pupuk Indonesia, Sojitz, Ferrostaal, dan LG. Proyek ini diperkirakan dilelang pada Oktober 2018 ini dan beroperasi pada tahun 2021 atau 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News