Reporter: Agung Hidayat | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persaingan di pasar minuman teh dalam kemasan (ready to drink) semakin ketat. Banyaknya pemain di sektor ini membuat pelaku industri harus pandai-pandai berinovasi.
Triyono Pridjosoesilo, Ketua Umum Asosiasi Industri Minuman Ringan (Asrim) menyebutkan teh dalam kemasan menduduki posisi kedua terbesar dari volume penjualan setelah Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).
Triyono tidak bisa menyebutkan berapa total volume penjualan teh minuman teh dalam kemasan di tahun lalu. Yang jelas, sebanyak 70% volume penjualan masih didominasi oleh AMDK, sedangkan sisanya dipenuhi varian minuman lainnya termasuk teh dan jus.
Sebagai minuman populer di Indonesia, menurut Triyono hampir semua pemain minuman ringan memiliki lini produksi teh kemasan. "Produksinya relatif tidak ada beda dengan minuman kemasan lainnya, tinggal supply chain-nya yang tertentu dan khusus," sebutnya kepada Kontan.co.id, Jumat (9/3).
Untuk itu pemain teh kemasan dituntut terus melakukan inovasi agar menumbuhkan pilihan dan rangsangan konsumen untuk membeli.
Sedangkan pandangan Asrim terhadap prospek bisnis minuman kemasan tahun ini cenderung konservatif. "Sudah tumbuh 3%-4% saja sudah bagus," ungkap Triyono.
Menurutnya peningkatan daya beli memerlukan andil pemerintah.
Meski tahun ini bakal diramaikan dengan perhelatan pesta politik, Triyono belum melihat hal tersebut berdampak signifikan bagi bisnis minuman kemasan. "Kami masih mengamati, pasalnya tren pemilu saat ini mulai mengurangi pawai massa yang bergerak masif, dan lebih mengutamakan debat terbuka pasangan calon sebagai pengganti acara penuh keramaian tersebut.
Tahun lalu memang bukanlah waktu yang manis buat industri minuman ringan. "Pertumbuhan kami negatif 1% tahun lalu," ujar Lucia Karina, Ketua Kajian Kebijakan Publik Asosiasi Industri Minuman Ringan (Asrim) kepada Kontan.co.id, Jumat (9/3).
Menurut data Asrim yang diinformasikan Lucia, penjualan minuman ringan di tahun 2017 mencapai 34,41 miliar liter. Jumlah tersebut turun jika dibandingkan perolehan tahun sebelumnya yang sebanyak 34,76 miliar liter.
Soal bisnis teh dalam kemasan, Lucia yang juga menjabat sebagai Director of Public Affairs PT Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) tak menampik bahwa persaingan di jenis minuman ini cukup ketat. CCAI diketahui memiliki brand teh minuman dalam kemasan, Frestea, yang tersebar di outlet Coca Cola.
Ramai-ramai menjajal teh
Baru-baru ini produsen air minum dalam kemasan, PT Tirta Investama yang lebih dikenal dengan brand Danone Aqua, memperkenalkan produk terbarunya yaitu, Caaya. Produk Caaya ini ialah babak baru bagi Aqua untuk memasuki pasar teh kemasan.
Menurut Peter Harjono, Beverages Marketing Manager Danone Aqua, produk Caaya ini menjajal segmen yang belum terisi selama ini yaitu teh dalam kemasan yang lebih modern. "Kami mengusung rasa khas Indonesia, serta menghasilkan rasa teh yang sebenarnya, tanpa ditutupi oleh rasa lain yang berlebihan,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (7/3).
Mengenai investasi khusus oleh Aqua, Peter enggan menjelaskan lebih lanjut. Perseroan berfokus memperkenalkan produk barunya ini yang terdiri hadir dalam tiga pilihan varian, dimana Danone Aqua telah memajang produknya di ritel premium seperti Ranch Market, Farmers Market, Foodhall, Grand Lucky, AEON, Kem Chicks, dan Lulu.
Sementara itu pemilik brand teh kemasan PT Ichi Tan Indonesia berusaha memperlebar pasarnya di dalam negeri. Brand asal negara gajah putih tersebut disebut-sebut masih terus menambah varian produknya.
Anna Wibowo, Direktur Marketing PT Ichi Tan Indonesia mengatakan setiap perseroan berencana mengeluarkan produk baru dilewati dengan riset yang ketat terlebih dahulu. "Tahun ini kami bakal tambah varian baru, serta masih di seputaran teh kemasan," ungkapnya kepada Kontan.co.id.
Jumlah varian rasa Ichitan di Indonesia mencapai sembilan macam. Dimana, kata Anna, di Thailand hanya ada tiga varian rasa saja.
Dengan banyaknya varian tersebut, Ichitan sebenarnya menyasar baik pasar ritel modern maupun tradisional. "Namun kalau porsi memang saat ini masih 60% dari modern sedangkan tradisional sekitar 40%," imbuh Anna.
Anna mengaku perusahaannya tidak mematok target khusus, selain mengusahakan marketing yang baik dengan mengusung tema-tema yang mampu mendekatkan dengan konsumen, seperti program bagi-bagi hadiah dari tutup botol teh kemasan Ichitan. "Pangsa pasar kami masih kecil di Indonesia. Kompetisi teh kemasan sendiri cukup ketat," bebernya.
Hadir di Indonesia sejak 2014 lalu, Ichitan Group yang berasal dari Thailand menggandeng perusahaan lokal Indonesia, PT Atri Pasifik, untuk membentuk PT Ichi Tan Indonesia. Kedua perusahaan berbagi saham masing-masing 50% dalam joint venture tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News