Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Test Test
JAKARTA. Rencana lama yang terkatung-katung lama akhirnya itu berjalan juga. Kemarin (4/2), PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Gas Negara (PGN) resmi membentuk usaha patungan (joint venture) untuk membangun terminal penerima gas alam cair alias Liquefied Natural Gas (LNG) Receiving Terminal.
Nantinya, lokasi terminal LNG tersebut kemungkinan besar berada di kawasan teluk Jakarta. Meski demikian, Pertamina dan PGN belum memberi nama ke perusahaan hasil patungan itu. "Yang penting, dua perusahaan ini berkomitmen memenuhi kebutuhan gas perusahaan pupuk dan PLN," kata Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Mustafa Abubakar, di Jakarta, Kamis (4/2).
Dalam perjanjian tersebut, jatah Pertamina lebih besar daripada PGN. Pertamina mendapatkan kepemilikan saham sebesar 60%, sedang PGN sebesar 40%. Nilai investasi keseluruhan untuk proyek ini mencapai Rp 2 triliun.
Dengan ditekennya kesepakatan joint venture itu, konstruksi sudah bisa dimulai pada tahun ini. Targetnya, September 2011, receiving terminal itu sudah rampung dan bisa digunakan. Mustafa berharap berjalannya pembangunan terminal LNG itu mampu mencukupi pasokan kebutuhan gas di Jawa Barat.
"Proyek ini bermanfaat bagi pertamina melengkapi LNG chain," kata kata Direktur Utama Pertamina, Karen Agustiawan.
Direktur Utama PGN, Hendi Priyo Santoso menjelaskan, PGN dan Pertamina akan menunjuk manajemen dan tim kerja yang ada di perusahaan patungan ini menjadi operator terminal LNG tersebut. "Jadi itu merupakan badan usaha yang akan secara independen mengelola dan mengoperasikan terminalnya," kata dia.
Mustafa mengatakan, pasokan gas untuk receiving terminal tersebut akan berasal dari Lapangan Bontang, Kalimantan Timur. Total volume gas yang akan dialirkan dari Bontang adalah sebesar 11,75 juta ton selama 11 tahun.
Pembelinya PLN
Jika terminal LNG itu sudah beroperasi, sebagian besar gas akan disalurkan ke pembangkit-pembangkit listrik PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pembeli utama. Nah, untuk kepastian jual beli gas itu, kemarin Pertamina juga menandatangani nota kesepahaman alias Memorandum of Understanding (MoU) dengan PLN. MoU tersebut menyebutkan bahwa PLN menjadi pembeli utama dalam gas dari receiving terminal tersebut. "Dari total kapasitas 3,5 juta ton, sebanyak 2 juta ton itu untuk PLN dan sisanya untuk pabrik pupuk," ujar Mustafa.
Direktur Pengembangan Usaha PGN, Michael Baskoro menambahkan, selain menambah pasokan dengan membeli gas dari Lapangan Bontang, PGN juga berencana untuk melakukan impor dari Qatar dengan volume sebesar 2 juta ton pertahun.
"Karena kebutuhan PLN di Jawa Barat mencapai 3,5 juta ton, sedangkan gas dari Lapangan Bontang hanya sebesar 1,5 juta ton," jelas Michael.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News