Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nanas menjadi salah satu buah yang dibudidayakan petani di lahan gambut tipis sejak lama. Kegiatan budi daya ini dilakukan Legimin bersama kelompok tani di Desa Pagaruyung, Kabupaten Kampar, Riau.
Di lahan gambut tersebut, Legimin dan kelompok masyarakat mampu bertani nanas. Tak tanggung-tanggung, nanas tersebut berkualitas ekspor. "Berkat bantuan Badan Restorasi Gambut (BRG) untuk pertanian nanas di lahan kita bisa berkali-kali panen dan menikmati manisnya lahan gambut yang terbasahi dan terawasi dengan baik," ungkap Legimin.
Baca Juga: Proyek Food Estate mulai berjalan Oktober 2020
Para tengkulak membeli dan menjual nanas hasil budi daya itu ke Batam. Dari Batam nanas diekspor ke Singapura.
Buah nanas ini mampu mendongkrak ekonomi Legimin. Potensi penanaman nanas di lahan gambut itu luar biasa besar. Sebab, nanas budi daya paling efisien.
Seperti diketahui, potensi ekspor nanas dari Indonesia meningkat tiap tahunnya. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada 2013 hingga 2018 ekspor nanas terus mengalami kenaikan.
Ekspor nanas pada 2013 tercatat 174 ribu ton. Sementara itu, pada 2018 terjadi kenaikan signifikan pada angka 229 ribu ton.
Baca Juga: Laba Andira Agro (ANDI) melesat terdongkrak harga jual CPO dan kernel
Ekspor nanas juga lebih besar dibandingkan komoditas buah lain. Data BPS mencatat ekspor nanas Indonesia tertuju ke 76 negara, di antaranya, Hong Kong, Taiwan, China, dan Jepang.
Wilayah penghasil nanas terbesar yaitu Lampung dengan 32,8% dari total produksi nanas nasional. Disusul, Jawa Barat 11,4%, Sumatera Utara 10,9%, Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan 8%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News