Reporter: Noverius Laoli | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Peternak sapi lokal mendesak Kementerian Pertanian (Kemtan) fokus mengembangkan sapi lokal unggulan ketimbang melakukan impor sapi indukan dan sperma sapi dari Spanyol. Saat ini, Indonesia memiliki sapi unggulan seperti sapi bali dan sapi ongole yang beratnya setara dengan sapi impor. Pengembangan sapi lokal unggulan ini dinilai lebih tepat dan berbiaya murah ketimbang impor.
Teguh Boediana, Ketua Umum PPSKI mengatakan Kemtan perlu fokus mengembangkan sapi unggulan lokal ketimbang impor. Sebab saat ini, sudah ada sapi lokal hasil persilangan yang kualitas dan kuantitassnya seperti sapi impor seperti sapi bali dan sapi ongole. Pengembangan sapi ini dapat meningkangkatkan populasi sapi lokal ketimbang impor.
Sebaliknya, ia pesimis Kemtan serius dalam pengembangan sapi dalam negeri karena belum adanya konsep matang dalam pengembangan sapi lokal. Hal itu terlihat dari tidak konsistennya pemerintah dalam hal pengembangan sapi lokal. Yang terjadi justru,, konsep pengembangan sapi Kemtan kerap berubah dan pada akhirnya, swasembada sapi tak pernah tercapai.
"Impor sperma sapi sudah dilakukan sebelumnya, tapi toh belum menjamin akan berhasil, apalagi kalau menutup peluang impor sapi indukan, lebih baik kembangkan saja sapi lokal unggulan," ujarnya kepada KONTAN, Selasa (24/5).
Selain itu, Teguh bilang, impor semen beku dari Spanyol ini tidak serta merta jadi solusi pengembangan sapi dalam negeri dan mampu menggantikan impor sapi indukan yang sudah dijalankan selama ini.
Pasalnya, semen beku yang diimpor juga belum jelas akan menghasilkan sapi betina atau sapi jantan. Ia lebih merekomendasikan agar pemerintah mengembangkan sapi unggulana dalam negeri seperti sapi bali dan Sapi Ongole.
Dalam beberapa tahun terakhir, impor sapi indukan yang dilaukan Kemtan tidak pernah maksimal. Selain karena tidak bisa memenuhi target impor sapi indukan, pemeliharaan dan pengembangan sapi indukan dalam negeri juga belum maksimal, sehingga banyak yang mati. Rencana impor sapi indukan yang sempat ditargetkan 50.000 ekor tahun ini pun diturunkan setengahnya menjadi 25.000 ekor dan sampai saat ini, belum ada penjelasan bagaimana realisasinya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News