kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.942.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.530   110,00   0,67%
  • IDX 6.790   -117,43   -1,70%
  • KOMPAS100 980   -16,71   -1,68%
  • LQ45 754   -10,91   -1,43%
  • ISSI 221   -4,21   -1,87%
  • IDX30 391   -6,47   -1,63%
  • IDXHIDIV20 458   -7,95   -1,71%
  • IDX80 110   -1,74   -1,55%
  • IDXV30 113   -1,85   -1,60%
  • IDXQ30 126   -2,14   -1,67%

Perusahaan air minum kemasan menambah investasi


Senin, 23 Mei 2016 / 17:00 WIB
Perusahaan air minum kemasan menambah investasi


Reporter: Issa Almawadi | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Bisnis air minum dalam kemasan (AMDK) kembali bergairah. Meski pertumbuhan volume penjualan masih terbatas, beberapa perusahaan AMDK justru menambah investasi mereka baik untuk pembangunan pabrik baru, perluasan pabrik, maupun menambah lini usaha.

Dalam tiga bulan pertama tahun ini, volume penjualan AMDK terbilang masih lebih baik dari industri makanan dan minuman (mamin). 

"Tapi datanya belum terkumpul. Perkiraan masih di atas mamin, mungkin sekitar 9%-10%," kata Rachmat Hidayat, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan AMDK Indonesia (Aspadin) kepada KONTAN, Senin (23/5).

Rachmat bilang, meski pertumbuhan masih terbatas, kegiatan investasi perusahaan AMDK terus bertambah. Sayang, Rachmat tak menyebut nilai investasi dan perusahaan mana saja yang melakukan investasi. Dia cuma bilang, sebagian besar anggotanya lebih optimis konsumsi AMDK akan meningkat tahun ini.

Adapun beberapa peluang yang akan mendorong konsumsi AMDK antara lain puasa dan lebaran serta jelang tahun baru mendatang. Meski peluanh terbuka, Aspadin memantau dua tantangan besar penghambat pertumbuhan bisnis AMDK. "Tentu saja wacana cukai cukup mengganggu konsentrasi. Selain itu, prosedur investasi di beberapa daerah juga masih perlu diperbaiki," kata Rachmat.

Saat ini, anggota Aspadin mencapai lebih dari 200 perusahaan. Yang terbaru, Aspadin juga telah meresmikan dewan pimpinan daerah (DPD) Aspadin Kalimantan Barat. Melalui DPD baru, ada beberapa perusahaan AMDK yang bergabung.

Rachmat juga mengatakan, Aspadin mengkaji untuk kembali membuka DPD baru. "Khususnya untuk Sumatera Utara dan Aceh. Saat ini kan dua wilayah itu satu DPD, mungkin nanti jadi dua," katanya.

Sementara itu, Rachmat menambahkan, konsentrasi konsumsi dan volume penjualan AMDK masih didominasi Jawa dan Bali. Dua wilayah ini menguasai 60% dari bisnis AMDK nasional. Rachmat pun melihat, tak ada pergeseran konsentrasi AMDK karena terkait dengan tingkat pendapatan dan jumlah penduduk.

Di sisi lain, bisnis ekspor AMDK masih terbilang kecil. Menurut Rachmat, sebagian besar perusahaan AMDK masih fokus memenuhi kebutuhan dalam negeri. "Tapi, intinya tak cuma harus ekspor. Kami juga harus mempertahankan pasar dalam negeri dari serbuan produk impor," imbuh Rachmat.

Untungnya, kata Rachmat, impor AMDK masih terbilang kecil dan terbatas pada produk-produk premium khususnya air mineral alami yang merupakan pesanan hotel atau restoran. Bahkan, lanjut dia, pasar impor tersebut justru bisa jadi peluang bagi perusahaan AMDK nasional jika berhasil menemukan sumbernya.

Tahun lalu, volume penjualan AMDK mencapai 24 miliar liter. Artinya, proyeksi Aspadin tahun ini bisa mencapai 26,16 miliar liter sampai 26,4 miliar liter. Saat ini ada sekitar 700 unit usaha AMDK dengan 2.000 merk di seluruh Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×