Reporter: Handoyo, Fitri Nur Arifenie | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. Perusahaan peternakan besar mulai merespons laporan penyebaran virus flu burung (H5N1). PT Charoen Pokpand Indonesia Tbk mengaku siap menghentikan proses impor itik apabila ada permintaan dari pemerintah. Selama ini, impor itik secara nasional tak lebih dari 10% populasi itik nasional.
"Kami ada impor, tetapi sangat sedikit," ungkap Thomas Effendi, Presiden Direktur Charoen Pokphand, Minggu (9/12), tanpa membeberkan volume impor lebih mendetail. Thomas menjelaskan, selama ini, Charoen mengimpor itik hanya untuk kebutuhan penelitian.
Sebelumnya, KONTAN memberitakan, virus flu burung sudah menyerang itik dan mengakibatkan kematian ratusan ribu itik di Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Barat (KONTAN, 8 Desember 2012).
Manajemen Charoen menegaskan, meskipun impor itik nantinya dihentikan, hal tersebut tidak akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Sebagai gambaran, Charoen yang merupakan perusahan ternak unggas terpadu ini bergerak di sektor peternakan ayam dan pakan ternak. Produksi day old chicken (DOC) Charoen mencapai 10 juta ekor per minggu.
Perusahaan peternak unggas dalam negeri, khususnya ayam pedaging (broiler), tidak terlalu mengkhawatirkan virus flu burung yang mematikan. "Selama ini, kami tidak melakukan impor itik, dan perusahaan ternak unggas juga sudah berpengalaman menangani permasalahan ini," ungkap Sudirman, Direktur Sierad Produce.
Dibandingkan dengan ayam, selama ini, pengembangbiakkan itik masih jauh tertinggal. Menurut Sudirman, pembudidayaan itik biasanya dilakukan oleh peternak kecil. Dalam pemeliharaannya juga tidak terlalu memperhatikan biosecurity.
Kementerian Pertanian (Kemtan) mencatat, impor bibit itik pada tahun ini mencapai 33.463 ekor, naik 38,9% dibanding tahun lalu, sebanyak 24.090 ekor. "Yang diimpor jenis itik peking, diimpor dari negara-negara yang sudah di declare bebas AI (flu burung)," kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Syukur Iwantoro. Selain itu, Indonesia hanya mengimpor bibit itik dari Jerman, Inggris, Prancis, dan Malaysia.
Ketua Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli), Ade Zulkarnean, mengatakan, selama ini, impor itik Indonesia memang tidak terlalu besar. Dari sekitar 53 juta ekor populasi itik nasional pada 2011, hanya 10% yang berasal dari impor.
Seperti halnya ayam pedaging, impor itik oleh perusahaan dalam bentuk grand parent stock (GPS). Kemudian impor GPS tersebut dikembangkan menjadi parent stock (PS) sebelum menjadi final stock. Selama ini, Indonesia mengimpor itik antara lain dari Thailand dan China. "Impor itik mulai dilakukan sejak 3-4 tahun terakhir," ujar Ade.
Impor itik dilakukan, karena suplai dan permintaan tak seimbang. Munculnya restoran yang menyajikan menu bebek memicu impor itik. Permintaan itik memang saban tahun naik 15%. Ade mencontohkan, permintaan itik di Jabodetabek dan Jawa Timur mencapai 700.000 ekor - 900.000 ekor per bulan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News