Reporter: Mimi Silvia | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Harga minyak yang terus menukik hingga US$ 40 per barel membuat kontraktor jasa minyak dan gas bumi (migas) gelisah. Pasalnya, perusahaan migas mengerem investasi pengeboran dan pengadaan rig karena produksi migas kini tak ekonomis lagi.
Dampak dari efisiensi perusahaan migas itulah kontraktor jasa migas mengoreksi target kontrak tahun ini. Revisi ini juga sejalan dengan langkah industri migas yang merevisi rencana investasi hulu migas sepanjang tahun ini dari semula US$ 23,6 miliar menjadi US$ 20,2 miliar.
General Manager Corporation Finance & Investor Relations PT Apexindo Pratama Duta Tbk Paolo Kartadjoemena mengatakan, , pihaknya tidak lagi mendapatkan perpanjangan kontrak untuk tahun depan dari Total EP Indonesie di Blok Mahakam.
Adapun kontraknya adalah pengadaan dua jack up rig (platform pengeboran yang kaki-kakinya dapat diturunkan dan dinaikkan sehingga dapat berdiri pada dasar laut) dan tiga swamp barge (driiling rig yang digunakan untuk kedalaman 7-15 feet atau untuk laut dangkal).
Paolo menyesalkan tak lagi mendapatkan perpanjangan kontrak, sebab nilai kontrak jack up rig dan swamp barge di Blok Mahakam bisa berkisar US$ 40 juta-US$ 70 juta setahun. "Alasan dari Total EP tak memperpanjang karena sedang mengurangi investasi di sana. Padahal blok itu yang produksi gas-nya terbesar di Indonesia," imbuh dia kepada KONTAN, akhir pekan lalu.
Meski tak lagi mendapat kontrak dari Total EP tahun depan, Paolo bilang, pihaknya masih beruntung lantaran Apexindo mendapat kontrak dari Petronas Carigali di Malaysia. "Kami kan ada rig baru yang kerja di Malaysia di awal tahun ini. Jadi secara total pendapatan akan sama dengan tahun lalu," kata Paolo.
Selama ini, porsi kontrak Apexindo terbesar memang masih datang dari kontraktor migas di dalam negeri, porsinya 80%-85%, sisanya didapat dari luar negeri. Makanya, kini Apexindo mencari akal dengan mengejar tender dari Pertamina dan beberapa kontraktor migas asing lain.
"Tahun ini kami bisa mengalami penurunan nilai kontrak sekitar 20-30% dibandingkan dengan 2014," imbuh dia. Apexindo menargetkan kontrak tahun ini bisa mencapai US$ 150 juta-US$ 200 juta.
Kontrak menyusut
Penundaan proyek juga dirasakan oleh PT Ratu Prabu Tbk. Martini UD Suarsa, Sekretaris Perusahaan PT Ratu Prabu Energi Tbk bilang, kontrak penyewaan beberapa rig oleh Saudi Aramco juga masih tertunda hingga waktu yang tidak jelas. Padahal nilai kontrak mencapai US$ 1,3 juta per rig. "Kami tahun ini mengurangi target perolehan kontrak 20%," ungkap dia.
Hanya, Martini belum mau membuka berapa jumlah kontrak rig yang disewa Saudi Aramco di luar negeri. Sambil menunggu kejelasan, saat ini Ratu Prabu fokus mengejar tender jasa konsultasi migas dari PT Medco Energi Internasional Tbk dan CNOOC Limited senilai US$ 2 juta. "Tender akhir Agustus ini," katanya.
Sementara itu, Sekretaris Perusahaan PT Elnusa Tbk (ELSA) Fajriyah Usman bilang, akibat penurunan harga minyak dunia yang terus terjadi membuat perusahaannya menurunkan target perolehan kontrak sekitar 5%-10% dibandingkan dengan realisasi tahun lalu. "Target kontraknya berapa saya tidak bisa kami sebutkan," katanya.
Sampai saat ini perusahaan dengan kode saham ELSA di Bursa Efek Indonesia ini masih menunggu hasil beberapa tender di Pertamina. "Tender biasa saja, kontrak untuk oilfield services," katanya.
Fajriyah juga bilang, beberapa kontrak yang habis sebagian besar tidak mendapatkan perpanjangan kontrak lagi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News