Reporter: Merlinda Riska | Editor: Markus Sumartomjon
JAKARTA. Persaingan bisnistelekomunikasi tahun depan makin sengit. Setelah Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyetujui akuisisi PT Axix Telecom oleh PT XL Axiata Tbk (EXCL).
Dalam opsi yang dipilih, pemerintah menarik sebesar 10 megaheartz (MHz) pita frekuensi di 2.100 MHz (3G) milik Axis. Sedangkan pita frekuensi di 1.800 MHz (2G) tidak ditarik.
Alhasil, kepemilikan pita frekuensi milik XL di 1.800 MHz langsung melonjak drastis. Dari semula 7,5 MHz, melesat menjadi 22,5 MHz. Artinya ada tambahan frekuensi sebesar 15 MHz dari Axis. Sehingga kepemilikan pita frekuensi 2G XL menyamai dua operator seluler besar lainnya, Telkomsel dan Indosat.
Hasnul Suhaimi, Presiden Direktur XL Axiata menyatakan telah menerima surat keputusan ini. "Kami mengapresiasi dan menghargai putusan pemerintah," katanya ke KONTAN, kemarin.
XL pantas gembira. Perusahaan milik Axiata Group Berhad ini bisa bersaing dengan pemain operator lainnya, terutama Telkomsel dan Indosat di teknologi long term evolution atau LTE (4G). Sebab, XL akan memakai pita frekuensi 1.800 MHz yang dianggap cocok bagi LTE. "Frekuensi terbaik untuk LTE ada di 1.800 MHz," timpal Hasnul.
Keputusan ini bikin meradang Telkomsel. Anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) ini menilai bahwa perusahaan inilah yang seharusnya bisa mengambil pita frekuensi 1.800 MHz milik Axis. Bila dibandingkan XL Axiata yang punya 58,1 juta pelanggan atau Indosat yang cuma 53,8 juta pelanggan per kuartal III-2013, jumlah pelanggan Telkomsel sudah mencapai 127,9 juta. "Sedangkan kapasitas pita frekuensi Telkomsel di 1.800 MHz tetap sama, 22,5 MHz," kata Ivan Cahya Permana, Head of Technology System Group Telkomsel ke KONTAN.
Telkomsel, menurut Ivan, jadi sulit masuk ke pasar LTE. Mau tidak mau, katanya, Telkomsel harus menyiapkan strategi lain untuk bisa bersaing di layanan data. Sayang, ia tidak memerinci strategi yang dimaksud.
Alex Janangkih Sinaga, Ketua Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI) bilang aksi merger ini bakal membuat industri telekomunikasi Indonesia makin sehat.
Heru Sutadi, pengamat telekomunikasi menambahkan bila ada operator yang merasa kekurangan frekuensi maka aksi merger jadi solusi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News