kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.912   12,00   0,08%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Petani Kakao Butuh Ekstensifikasi Lahan untuk Tingkatkan Produktivitas


Jumat, 10 Mei 2024 / 13:00 WIB
Petani Kakao Butuh Ekstensifikasi Lahan untuk Tingkatkan Produktivitas
ILUSTRASI. Produksi kakao Indonesia pada tahun ini diperkirakan turun lantaran faktor cuaca, El Nino, dan keterbatasan produksi.


Reporter: Aurelia Lucretie | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produksi kakao Indonesia pada tahun ini diperkirakan turun lantaran faktor cuaca, El Nino, dan keterbatasan produksi. Namun, petani melihat ada kecenderungan peningkatan ekspor. 

Ketua Umum Asosiasi Petani Kakao Arief Zamroni memperkirakan produksi kakao tahun ini masih akan sekitar 300.000 ton.

"Kalau yang pasti, pasti turun karena satu faktor anomali cuaca, yang kedua faktor El Nino, tiga, faktor pengembangan kakao yang baru saja ada beberapa tempat di pengembangan itu belum produksi sementara di tempat lain itu ada yang direlokasi dan semakin tua pohonnya," ujar Arief kepada Kontan, Jumat (10/5). 

Menurutnya, membuka lahan perkebunan kakao baru merupakan satu-satunya kunci untuk meningkatkan produksi kakao. Sebab, tantangan produksi kakao dewasa ini ialah perihal produktivitas dan penyempitan lahan, sehingga diperlukan ekstensifikasi. 

Baca Juga: Harga Kakao Dunia Melambung, Kesempatan Petani Lokal Tingkatkan Produktivitas

Ekstensifikasi lahan perkebunan kakao bisa didukung oleh program Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) soal perhutanan sosial yang masih perlu disinkronkan dengan Kementerian Pertanian.

"Bagaimana tanah-tanah yang ada di perhutanan sosial kakao bisa dimainkan untuk menjadi agroforestri. Ini sudah berkali-kali saya usulkan, tapi tidak tahu pemerintah, kayaknya kedua kementerian ini belum nyambung untuk itu, atau bukan prioritasnya kakao tadi," kata Arief.

Dengan memaksimalkan sepertiga lahan perkebunan kakao menjadi agroforestri, Arief memprediksi, produksi kakao dalam negeri bakal mampu menutupi kebutuhan nasional.

Bicara soal ekspor, Arief menyebut, ekspor kakao belum ada peningkatan signifikan dengan alokasi rata-rata 10%-15% dari total produksi nasional. 

Untuk komoditas kakao, asosiasi tidak pernah menargetkan jumlah ekspor, sebab sebagian besar industri kakao internasional sudah beroperasi di Indonesia 

Namun, kata Arief, ada kecenderungan kenaikan ekspor. "Akhir-akhir ini memang animo ekspor meningkat, semakin besar, semakin banyak, mungkin karena beberapa tempat kekurangan barang," tuturnya.

Dia bilang, banyak petani yang memilih untuk mengekspor kakao karena harga yang ditawarkan eksportir bersaing dengan industri dalam negeri sehingga petani tergiur untuk ekspor. 

Menurutnya, hal ini merupakan dilema. Sebab di satu sisi dapat meningkatkan ekpor, namun dapat menghambat pasokan kakao ke industri yang beroperasi di dalam negeri. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×