Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Asosiasi peternak unggas menolak rencana Badan Pengelola Investasi Danantara terjun langsung ke bisnis budidaya unggas. Langkah tersebut dinilai berpotensi menambah persaingan di tengah kondisi kelebihan pasokan ayam di Pulau Jawa.
Sebagai informasi, Danantara berencana untuk menanamkan modal Rp 20 triliun untuk pembangunan peternakan ayam, pedaging, dan petelur di berbagai daerah di Indonesia. Upaya ini dilakukan demi mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Sekretaris Jenderal Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan) Sugeng Wahyudi mengatakan, peternak eksisting akan merasa terganggu bila BUMN seperti Danantara masuk ke budidaya ayam broiler.
“Tidak harus membuat kandang-kandang komersial (ayam brouiler) sebagai solusi karena menciptakan pesaing baru bagi peternak ayam broiler,” ujar Sugeng kepada Kontan, Selasa (12/11).
Baca Juga: Lautan Luas (LTLS) Siap Memacu Penjualan ke Pasar Ekspor pada Tahun Depan
Ia menjelaskan, penguatan industri unggas sebaiknya difokuskan pada sisi hilir dan sebagian di hulu.
Dari sisi hilir, Danantara dapat membantu pembangunan rumah potong hewan unggas (RPHU) dan fasilitas distribusi modern untuk menertibkan tata niaga ayam. Sementara di hulu, investasi bisa diarahkan ke pabrik pakan ternak dan unit pembibitan (breeding) agar rantai pasok anak ayam (DOC) lebih efisien.
Adapun untuk pasokan bahan baku, Sugeng menyebut industri perunggasan nasional masih bergantung pada impor grand parent stock (GPS) dari Amerika Serikat. Namun, pengadaannya relatif terkendali karena diatur oleh pemerintah sesuai kebutuhan dalam negeri.
Tantangan yang lebih besar, katanya, justru terletak pada fluktuasi harga bahan baku pakan seperti jagung yang berpengaruh pada biaya pokok produksi ayam.
“Kehadiran Danantara melalui Rp 20 T dapat memperbaiki tatakelola perunggasan nasional melalui upaya menciptakan harga pakan ayam dan anak ayam yg wajar sehingga kompetitif,”lanjutnya.
Dus, kehadiran Danantara tetap bisa memberi dampak positif bagi industri unggas nasional jika diarahkan untuk memperbaiki tata kelola sektor tersebut.
Selain itu, investasinya juga diharapkan tidak mengarah ke sektor yang sudah kelebihan pasokan.
“Dana Rp 20 T dialokasikan bukan untuk budidaya ayam broiler seperti yang kami lakukan enggak masalah, justru kami dukung karena investasi terebut diharapkan memperkuat budidaya rakyat bukan pesaing, karena di Pulau Jawa sudah over supply,” pungkasnya.
Baca Juga: Target Produksi Batubara 2026 Akan Diturunkan di Bawah 700 Juta Ton
Selanjutnya: Komisi XI DPR Komentari Langkah Buyback saham Anggota Bank Himbara
Menarik Dibaca: Xiaomi Hadirkan Promo Spesial 11.11, Tawarkan Produk Rumah Pintar dan AIoT Unggulan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













