Reporter: Fitri Nur Arifenie |
JAKARTA. Guna menaikkan produksi gas nasional, PT Pertamina Hulu Energi (PHE) baru saja menandatangani tiga production sharing contract (PSC) Gas Metana Batubara (GMB) atau Coal Bed Methane (CBM). Ketiga wilayah kerja CBM yang akan dikembangkan oleh PHE adalah Tanjung IV Kalimantan Tengah, Muara Enim II dan III di Sumatera Selatan.
“Ini merupakan bukti bahwa PHE serius menggarap CBM. Kami mendukung pemerintah untuk menyukseskan program Energi Baru dan Terbarukan (EBT) yang saat ini tengah digulirkan. Mudah-mudahan ke depan langkah ini mampu mengatasi shortage kebutuhan gas nasional,” ujar Direktur Utama PHE, Dwi Martono di Jakarta, Jumat (1/4).
Ketiga PSC tersebut yakni blok Muara Enim II Sumatera Selatan melalui PHE Metana Sumatera 5 (Metra 5) bekerjasama dengan PT Metana Enim Energi (MEE) dan PT Trisula CBM Energi (TCE). Kemudian blok Muara Enim II Sumatera Selatan antara anak perusahaan PHE, PHE Metana Sumatera 4 dengan PT Baturaja Metana Indonesia (BMI). Terakhir blok Tanjung IV, Kalimantan Tengah antara PHE Metan Tanjung IV (PHE Tanjung IV) yang bekerjasama dengan BP Tanjung IV.
Dwi menjelaskan, total firm commitment ketiga PSC tersebut sebesar USD 13,5 juta untuk masa tiga tahun pertama eksplorasi. “PHE akan menjadi operator untuk blok Muara Enim III dan Tanjung IV. Untuk Tanjung IV kita bekerjasama dengan BP Tanjung IV sebagai operator,” ujar Dwi.
Penandatanganan PSC CBM tersebut merupakan kelima kali yang dilakukan PHE dalam kurun waktu empat bulan terakhir. Dua kontrak sebelumnya yakni untuk pengelolaan Wilayah Kerja (WK) CBM di Muara Enim, Sumatera Selatan dan Tanjung II di Kalimantan Selatan. Terkait progres persiapan produksi gas CBM pertamanya, Dwi melanjutkan, sejauh ini, PHE telah melakukan sampling pengeboran (coring) terhadap tiga sumur di Blok Sangatta-1. Selanjutnya pengeboran inti (pilot) diharapkan akan dilaksanakan di pertengahan tahun 2011.
Untuk blok Tanjung Enim, pengeboran coring 3 (tiga) sumur direncananakan akan dimulai pada pertengahan Desember 2011 yang akan dilanjutkan dengan pengeboran 3 (tiga sumur). Kedua blok tersebut diharapkan dapat mengalirkan gas CBM pertamanya di 2011 guna menunjang program CBM to Power (CBM untuk kelistrikan) yang dicanangkan oleh Pemerintah melalui Ditjen Migas. Sejak 2008 hingga saat ini, PHE telah mendirikan 9 (sembilan) anak perusahaan untuk mengelola wilayah kerja PSC GMB yang telah dimulai. Anak Perusahaan tersebut mengelola blok CBM yang tersebar di wilayah Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah dan Sumatera Selatan.
Pengembangan CBM oleh PHE menurut Dwi menjadi salah satu bukti konkret PHE berkomitmen dalam menyediakan energi yang berkelanjutan bagi generasi masa datang. “Tak hanya di minyak dan gas bumi saja, kami juga ingin membuktikan bahwa PHE mampu bersaing dengan pemain global lainnya untuk pengembangan energi alternatif,” ujar dia.
CBM mulai dilirik untuk dikembangkan setelah banyak pihak mulai menyadari kurangnya cadangan gas nasional. Berdasarkan hasil kajian sejumlah kalangan, dengan tingkat produksi saat ini, produksi gas di tahun 2025 tidak mampu lagi mengimbangi tingginya tingkat kebutuhan dalam negeri. Sementara sumber gas alam yang ada sudah memiliki komitmen suplai dengan pihak lain. Potensi cadangan gas metana di Indonesia setara dengan 453 TCF sehingga mampu membantu menutupi kekurangan cadangan gas nasional. Sebagian besar potensi sumber daya CBM Nasional tersebut ada di existing Wilayah Kerja (WK) migas Pertamina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News