Reporter: Leni Wandira | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten pengelola gerai Pizza Hut, PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA) pasang target penjualan konservatif pada tahun 2024.
PZZA sengaja memasang target penjualan konservatif karena bayang-bayang melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat.
"Kami konservatif untuk tahun ini, seiring dengan kondisi makroekonomi indonesia yang mengalami banyak tantangan," ujar Boy Lukito, Direktur Operasional Pizza Hut kepada Kontan, di kantornya Jakarta Selatan, Rabu (10/7).
Boy mengatakan penguatan nilai dolar memberikan dampak pada perusahaan karena ada bahan baku yang masih diimpor seperti gandum dan keju.
Baca Juga: Pizza Hut Gelontorkan Rp 500 Juta untuk Belanja Motor Listrik
Kendati demikian, PZZA akui bahwa porsi impornya masih lebih kecil dari pada penyerapan bahan baku dari domestik. Porsinya masih di bawah 50 persen.
Selain itu, pelemahan nilai tukar Rupiah pada Dolar Amerika Serikat juga mempengaruhi daya beli konsumen.
"Dengan dollar AS yang tinggi, tentu saja daya beli masyarakat juga ada adjustment dari situ jadi kami tidak menargetkan tinggi-tinggi," sambungnya.
Untuk meminimalisasi dampak pelemahan Rupiah, perusahaan masih menyiapkan inovasi untuk meningkatkan penjualan.
Di sisi lain, perusahaan tetap optimis untuk mencatatkan kinerja keungan yang positif.
“Kalau optimisme selalu ada terus ya. Tapi kita lihat saja nanti di akhir Desember tahun ini bagaimana," pungkasnya.
Berdasarkan laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), penjualan neto PZZA sebesar Rp 3,54 triliun pada akhir 2023. Angka itu turun 1,94% year on year (YoY) dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 3,61 triliun.
Baca Juga: Sarimelati Kencana (PZZA) Cetak Rugi Neto Rp 96,22 Miliar pada 2023
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten pengelola gerai Pizza Hut, PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA) pasang target penjualan konservatif pada tahun 2024.
PZZA sengaja memasang target penjualan konservatif karena bayang-bayang melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar.
"Kami konservatif untuk tahun ini, seiring dengan kondisi makroekonomi indonesia yang mengalami banyak tantangan," ujar Boy Lukito, Direktur Operasional Pizza Hut kepada Kontan, di kantornya Jakarta Selatan, Rabu (10/7).
Boy mengatakan penguatan nilai dolar memberikan dampak pada perusahaan karena ada bahan baku yang masih diimpor seperti gandum dan keju.
Kendati demikian, PZZA akui bahwa porsi impornya masih lebih kecil dari pada penyerapan bahan baku dari domestik. Porsinya masih di bawah 50 persen.
Selain itu, pelemahan nilai tukar Rupiah pada Dolar Amerika Serikat juga mempengaruhi daya beli konsumen.
"Dengan dollar AS yang tinggi, tentu saja daya beli masyarakat juga ada adjustment dari situ jadi kami tidak menargetkan tinggi-tinggi," sambungnya.
Untuk meminimalisasi dampak penguatan nilai Dolar terhadap Rupiah, perusahaan masih menyiapkan inovasi untuk meningkatkan penjualan.
Di sisi lain, perusahaan tetap optimis untuk mencatatkan kinerja keungan yang positif.
“Kalau optimisme selalu ada terus ya. Tapi kita lihat saja nanti di akhir Desember tahun ini bagaimana," pungkasnya.
Berdasarkan laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), penjualan neto PZZA sebesar Rp 3,54 triliun pada akhir 2023. Angka itu turun 1,94% year on year (YoY) dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 3,61 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News