Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengaku masih bisa melakukan pinjaman Rp 2.000 triliun untuk menyelesaikan program startegis 35.000 Megawatt (MW) karena equity milik PLN masih sangat kuat. Untuk itu dalam waktu dekat PLN berencana menerbitkan global bond.
Sofyan Basir Direktur Utama PLN mengatakan, penambahan pembangkit untuk proyek 35.000 MW, transmisi, dan juga gardu induk tidak memakai APBN. Pihaknya untuk membangun infrastruktur listrik itu memakai equity dan juga pinjaman. "Saat ini equity kami Rp 800 triliun, jadi masih bisa pinjam Rp 2.000 triliun," ungkap dia dalam kunjungannya ke Menara KOMPAS, Selasa (17/4).
Sofyan mengatakan, pinjaman sebesar itu juga lantaran PLN memiliki aset yang sejak 2015 sudah melakukan revaluasi aset menjadi Rp 1.227 triliun tahun 2015, lalu tahun 2016 bertambah menjadi Rp 1.272 triliun, dan tahun 2017 menjadi Rp 1.335 triliun.
Sementara untuk tambahan pinjaman dari 2015-2017 sebesar Rp 83,6 triliun, sementara investasi yang dikucurkan PLN dari Rp 2015-2017 mencapai 190,7 triliun. "Sebelum saya Dirut pinjaman PLN sudah sekitar Rp 200 triliun waktu itu asetnya Rp 539 trilun tahun 2014 dan penghitungan perbandingan utang dan modal atau Debt to Equity Ratio-nya sudah 296% maksimum itu 300%," ungkapnya.
Sofyan bercerita, lantaran DER pada tahun 2014 sudah mencapai 296% maka PLN melakukan revaluasi aset pada tahun 2015 sehingga PLN bisa meminjam uang. "Kalau tidak meminjam program 35.000 MW berhenti, proyek transmisi juga berhenti. Dalam waktu dekat kami memang akan terbitkan global bond," ungkap dia.
Sofyan mengatakan, saat ini memang posisi PLN sedang dalam tahap investasi sehingga hasilnya baru bisa dirasakan enam tahun ke depan. "Walaupun laba PLN hanya Rp 4 triliun tahun lalu dan ditekan tarif listrik tak boleh naik dan Biaya Pokok Produksi (BPP) daerah yang tinggi, kami masih bisa memberikan deviden Rp 96 triliun selama 2015-2017," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News