Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. PT PLN (Persero) mulai menggarap proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Asahan 3 pada awal 2011. Pembangunan pembangkit berkapasitas 2x87 megawaat (mw) ini akan selesai pada 2014.
"Pembangunan access road dan base camp ini merupakan tahapan awal dari rangkaian panjang pengerjaan proyek PLTA Asahan 3," ujar Direktur Utama PLN, Dahlan Iskan akhir pekan lalu.
Menurut Dahlan, proyek PLTA ini akan menelan dana Rp 2,2 triliun. Pembangunan pembangkit listrik ini akan memperkuat sistem kelistrikan di wilayah Sumatera Utara. Pasalnya, saat ini, pasokan listrik di wilayah Sumatera Utara masih pas-pasan. "Jika proyek pembangkit ini terlambat maka provinsi Sumatera Utara bisa kembali mengalami krisis daya," jelas Dahlan.
Proyek pembangkit ini akan ditangani Nippon Koei, Ltd. Perusahaan asal Jepang itu juga akan menggandeng konsultan dalam negeri yaitu PT Connusa Energindo, PT Kwarsa Hexagon, PT Arkonin Engineering Manggala Pratama, PT Tata Guna Patria, dan PT Jaya CM. PLN telah mendapat jaminan pinjaman dari investor untuk membiayai proyek ini.
Manajer Komunikasi PLN, Bambang Dwiyanto mengungkapkan, PLTA Asahan 3 ini solusi untuk masalah kelistrikan di wilayah Sumatera Utara mengingat pertumbuhan ekonomi dan konsumsi listrik di Sumatera Utara relatif tinggi. "Sehingga kebutuhan pasokan listrik di masa mendatang dapat tercukupi dengan baik," terang Bambang.
Saat ini sistim kelistrikan wilayah Sumatera Bagian Utara dipasok dari sejumlah pembangkit yang telah tersedia dengan realisasi daya rata-rata 1.517 MW. Sementara itu, kondisi beban puncak (peak load) pada sistim kelistrikan yang sama sebesar 1.365 MW. Dengan cadangan daya yang terbatas ini, diperkirakan tak akan mampu menghindari terjadinya pemadaman jika salah satu pembangkit utama menjalani pemeliharaan.
Lanjut Bambang, PLTA Asahan ini memberikan kontribusi yang signifikan bagi PLN untuk melakukan efisiensi dengan menekan biaya pokok produksi listrik di wilayah ini. Listrik yang dihasilkan dari PLTA memiliki biaya produksi yang jauh lebih rendah ketimbang jenis pembangkit lainnya. "PLTA ini akan menghemat Rp 2,5 triliun per tahun," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News