Reporter: Yasmine Maghfira | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Asia Pacific Fibers (POLY) menyiasati industri pasar TPT yang lesu dengan meningkatkan nilai tambah produk bahan baku mereka di semester II 2019.
POLY menargetkan menggeser pasar komoditasnya ke produk bernilai tambah yang akan digencarkan di pasar ekspor. Emiten ini menargetkan kontribusi ekspor dan produk nilai tambah di semester II sebesar 30-35%.
Head of Corporate Communication and Public Relations Prama Yudha Amdan yang ditemui di Hotel Grand Sahid Jaya pada (10/7) menjelaskan bahwa ekspor produk bernilai tambah itu bisa berupa benang tahan api atau panas, ataupun antibakteri.
Prama menyatakan bahwa POLY memang sedang aktif untuk memperluas produk bernilai tambah ke pasar ekspor. Ia menilai marjin dari produk nilai tambah cukup kuat.
Hal itu juga merupakan strategi POLY dari antisipasi perang dagang. Menurut Prama, harga serat dan benang dipengaruhi oleh harga minyak bumi. Jika harga minyak bumi turun, produk mereka pun ikut turun. Lain halnya dengan produk nilai tambah yang pasarnya sudah stabil.
Perihal target pemasaran, Prama menyatakan secara komposisi 60-65% masih tertuju pada manufaktur lokal, dan 30-35% untuk ekspor. Prama menambahkan POLY akan memperkuat pasar mereka di produk nilai tambah dengan fokus ekspor ke AS, Eropa, dan beberapa negara di Amerika Selatan.
"Fokus ke sana karena negara-negara itu yang masih potensial buat kita, misalnya untuk menggantikan produk China. Jadi, ya marketing expansion lah," ujar Prama.
Berdasarkan laporan keuangan POLY di kuartal I 2019, pendapatan tercatat turun 3,98% menjadi US$ 113,58 juta dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang berada di level US$ 118,30 juta.
Sementara, laporan keuangan tahunan POLY menunjukkan pendapatan tahun 2018 mengalami peningkatan 19,81% atau sebesar US$ 475,20 juta dibandingkan tahun 2017 yang hanya mencapai US$ 396,61 juta.
Menanggapi hal tersebut, Prama menyatakan karena di tiga kuartal pertama, industri TPT masih sehat. Adapun kenaikan pendapatan yang dialami POLY sudah menutup target mereka di semester I 2018. Prama menambahkan bahwa target perusahaan mereka hanya 12% pada saat itu. Sementara, melihat kondisi pasar sekarang, POLY hanya menargetkan 10%.
"Kami konservatif saja. Target pendapatan sampai akhir tahun hanya gradual 10%," kata Prama.
Selain itu, berdasarkan laporan keuangan POLY di kuartal I 2019 dan laporan akhir tahun 2018, tercatat bahwa emiten ini mengalami kerugian. Pada kuartal I 2019 kerugian meningkat sebesar 153% dibandingkan periode sebelumnya. Sementara, laporan akhir tahun 2018 menunjukkan kerugian POLY mencapai 316%.
Prama menyatakan bahwa kerugian yang mereka alami dikarenakan efek pasar TPT yang belum pulih akibat laju impor yang tak terkendali. Kedua, saat lebaran impor juga masuk. Produksi POLY hanya buat penambahan persediaan. Prama menjelaskan hal itu diakibatkan customer mereka yang tidak bisa menjual.
"Mereka gabisa bersaing dengan harga impor. Itu yang buat kami hanya building inventory," jelas Prama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News