Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Polytron tancap gas di lini bisnis barunya dengan menargetkan pembukaan delapan showroom kendaraan listrik (EV) pada tahun 2025.
Untuk diketahui, perusahaan elektronik ini mulai masuk ke sektor otomotif, khususnya kendaraan listrik, sejak 2024 lalu dengan produk motor listrik Fox series miliknya. Kemudian pada 2025, Polytron meluncurkan G3 series sebagai mobil listrik pertamanya.
Seiring dengan upaya memperbanyak portofolionya di lini bisnis barunya ini, Polytron telah membuka tiga showroom EV sepanjang 2025, dengan salah satunya terletak di Surabaya dan dua sisanya di Jakarta.
“Dengan adanya showroom-showroom ini, harapannya Polytron bisa semakin dekat ke konsumen,” kata Direktur Komersial Polytron Tekno Wibowo dalam acara peresmian showroom EV Polytron ketiga di Jakarta, Jumat (25/7).
Baca Juga: Puradelta Lestari (DMAS) Raih Marketing Sales Rp 580 Miliar pada Semester I-2025
Ia menjelaskan, dalam showroom EV ini pengunjung tak hanya dapat melihat produk motor dan mobil listrik, tetapi juga aksesoris pendukung yang dipampang di display.
Tancap Gas di Pasar EV
Saat ini, Polytron tengah fokus mendorong penjualan produk terbarunya, mobil listrik G3 dan G3+, yang juga menjadi produk andalan mereka dalam debut perdana di pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025.
Kedua seri ini sama-sama menawarkan fitur canggih seperti auto-parking serta layar infotainment touchscreen di dalamnya. Selain itu, sebagai perusahaan elektronik yang telah terkenal dengan produk speaker, Polytron juga memberikan speaker XBR yang mendukung kualitas suara bass maksimal di kedua seri EV miliknya.
Spesialis Produk EV 4W Polytron Philip Samuel Tandio menjelaskan, kedua seri mobil itu sama-sama ditawarkan dengan dua skema baterai, yakni Battery as A Service (BaaS) dan baterai buy to own (beli putus).
Secara sederhana, pemilik mobil dengan skema BaaS tidak perlu membeli baterai langsung dan dapat menyewa dengan biaya bulanan, sementara pemilik mobil dengan skema baterai buy to own memiliki baterai pribadi untuk mobilnya.
Seri G3 dibanderol seharga Rp 299 juta untuk jenis baterai BaaS dan Rp 419 juta untuk jenis baterai buy to own. Sementara itu, seri G3+ dibanderol seharga Rp 339 juta untuk jenis BaaS dan Rp 459 juta untuk jenis baterai buy to own.
Garansi untuk jenis baterai BaaS berlaku untuk seumur hidup selama masa berlangganan, sementara jenis baterai buy to own memiliki garansi selama delapan tahun. “Makanya sebenarnya harga BaaS ini lebih kompetitif,” kata Philip dalam kesempatan yang sama.
Strategi Bisnis di Tengah Persaingan
Memang, Tekno menyebut pada dasarnya skema BaaS ini menjadi salah satu keunikan yang ingin ditonjolkan oleh Polytron. Sebagai pemain baru, Tekno tak memungkiri bahwa industri EV saat ini cukup ketat, sehingga diperlukan pembeda dari produk serupa.
“Bisnis di mobil EV tidak mudah. Namun di luar kompetisi yang ketat, selalu ada peluang. Di Polytron, kita tawarkan bisnis model baru, yaitu sewa baterai, yang juga membuat biaya awal konsumen lebih murah,” katanya.
Di tengah perang harga, Tekno menyebut Polytron juga fokus memberikan jaminan penurunan harga bagi konsumen.
“Salah satu yang ditakutkan konsumen itu kalau harga turun jauh dalam beberapa tahun. Kami menghindari itu. Kalau konsumen membeli hari ini, lalu setelah dua atau tiga tahun tidak puas, konsumen dapat kembali lagi ke kami, kami hargai mobilnya 70%,” jelas Tekno.
Dengan begitu, risiko penurunan harga bisa ditanggulangi sejak awal.
Secara keseluruhan Tekno memandang industri EV memiliki prospek yang positif ke depannya. Maka dari itu, ia bilang Polytron bakal terus mengedepankan identitasnya untuk bersaing.
“Namanya bisnis selalu ada pasang surutnya. Kami yakin Polytron bisa menorehkan namanya sebagai pelaku merek di industri dengan keahlian kami,” tegasnya.
Baca Juga: JAECOO J5 EV Meluncur di GIIAS 2025, Harga Mulai Rp 350 Juta
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News