kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produk kosmetik domestik baru berkontribusi 30%


Kamis, 18 Mei 2017 / 21:16 WIB
Produk kosmetik domestik baru berkontribusi 30%


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Pasar komsetik di Indonesia berpeluang tumbuh. Kementerian Perindustrian menaksir, nilai perdagangan bruto domestik produk kosmetik pada tahun lalu mencapai Rp 100 triliun.

“Tapi industri kosmetik dalam negeri baru mampu memenuhi sekitar Rp 25 sampai 30 triliun,” sebut Achmad Sigit, Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka (IKTA) Kemenperin, Rabu (17/5). Itu artinya, hanya sekitar 25%-30% dari total nilai perdagangan domestik. Sisa dari nilai perdagangan tersebut masih diwarnai produk impor.

Namun, Sigit melihat, sisi positif bahwa hal tersebut mengindikasikan peluang untuk industri dalam negeri menggenjot bisnis. “Sebetulnya masyarakat sangat eager memakai produk-produk dalam negeri. Apalagi harganya lebih murah timbang produk luar,” kata Sigit.

Kemenperin mencatat, pertumbuhan industri kimia rata-rata dalam lima tahun terakhir kisaran 7%-8%. Sampai kuartal I-2017, Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan produksi industri produk kimia mencapai 9,5%.

Kata Sigit, nilai perdagangan domestik untuk triwulan pertama ini tumbuh sekitar 7%. Oleh karena itu, Kemenperin cukup optimistis melihat perkembangan industri ini. Apalagi saat ini produksi kosmetik dalam negeri digawangi oleh 23 industri besar dan 730 industri kecil menengah (IKM).

Sigit mengatakan, industri dalam negeri bisa tumbuh lagi dan meraup nilai perdagangan sampai Rp 50 triliun. Sayangnya, ia tidak menjelaskan kapan angka tersebut bisa diraih.

Problem industri kosmetik saat ini ialah ketersediaan bahan baku. Menurut Sigit, hampir 90% bahan baku masih diimpor. “Kita sempat memiliki cracker pertama untuk bahan baku aromatis di Tuban. Tapi, tidak beroperasi saat ini lantaran dialihfungsikan untuk produksi bahan bakar,” katanya. Industri ini tercatat mempekerjakan lebih dari 600.000 tenaga kerja.

Ketua Umum Persatuan Perusahaan Kosmetik Indonesia (Perkosmi) Nurhayati Subakat mengatakan, pertumbuhan industri kosmetik tergantung kondisi masing-masing perusahaan, sehingga tidak bisa digeneralisir. “Seperti Mandom naik, tapi Mustika Ratu biasa saja,” ujarnya, Selasa (16/5).

Menurut Nurhayati, biasanya industri kosmetik mampu tumbuh hingga dua kali lipat dari angka pertumbuhan ekonomi nasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×