kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Produksi AS melimpah, ekspor kayu bisa menciut


Sabtu, 19 Mei 2012 / 10:51 WIB
Produksi AS melimpah, ekspor kayu bisa menciut
ILUSTRASI. Perusahaan manufaktur berbahan kayu seperti furnitur, furniture, mebel, PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD)


Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Edy Can

JAKARTA. Tahun ini, pengusaha produk kayu Indonesia tidak bisa mengandalkan pasar kayu Amerika Serikat (AS) lagi. Pengusaha produk kayu dalam negeri harus mulai melakukan ekspansi ke pasar non AS. Selain persaingan yang ketat, produksi kayu asal negeri Paman Sam tahun ini diperkirakan bakal melimpah.

Tak hanya itu saja. "Dalam beberapa bulan terakhir, pengusaha kayu Amerika intens menawarkan produksi mereka ke Indonesia," ungkap Soewarni, Kepala Badan Revitalisasi Industri Kehutanan (BRIK), Kamis (17/5).

Soewarni yang juga Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Kayu Gergajian dan Kayu Olahan Indonesia (ISWA) ini menambahkan, pasokan kayu yang melimpah di AS akan berdampak pada penurunan ekspor kayu olahan atau woodworking dan kayu lapis atau plywood ke negara tersebut.

Dengan produksi yang melimpah, Soewarni khawatir, Pemerintah AS juga akan melakukan proteksi terhadap masuknya produk impor sejenis. "Agar lebih banyak terserap pasar, AS bisa membuat aturan pembatasan masuknya produk kayu, termasuk kayu Indonesia, melalui persyaratan legalitas," jelasnya.

Ekspor turun 5%

Oleh karena itu, Soewarni memperkirakan ekspor kayu olahan maupun kayu lapis ke Amerika Serikat bakal turun hingga 5% pada tahun ini. Untuk tetap menjaga kinerja produksi, pengusaha kayu nasional disarankan melakukan diversifikasi ekspor ke negara seperti Timur Tengah ataupun Afrika.

Tahun lalu, realisasi ekspor woodworking mencapai sekitar 2,12 juta m3, sedangkan plywood mencapai sekitar 2,84 juta m3. Dari total ekspor tersebut, menurut Soewarni, sebanyak 15% produk kayu dipasarkan ke AS.

Robianto Koestomo, Ketua Komite Tetap Bidang Industri Kehutanan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia yang juga Direktur PT Mutu Hijau Indonesia khawatir, melimpahnya produksi kayu di AS akan mempengaruhi permintaan produk kayu lokal ke depannya. Sebab menurut Robianto, dengan harga lebih tinggi 5% hingga 10% dari produk lokal, kayu asal AS juga telah memegang sertifikat International Finance Coporation (IFC) yang diakui pasar internasional. Sedangkan kayu Indonesia tidak semuanya memiliki Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK).

Walaupun begitu, menurutnya, sampai saat ini perdagangan kayu antara Indonesia dengan AS cukup seimbang. AS mengekspor kayu belah olahan atau sawn timber dari jenis kayu walnut, hardmaple, dan oak. Sedangkan Indonesia mengekspor kayu jati atau sengon. "Awal tahun ini belum ada pengaruh impor kayu AS di pasar lokal," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×