kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45871,42   -2,70   -0.31%
  • EMAS1.336.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produksi catfish tahun ini bisa tumbuh 79,35%


Minggu, 13 Februari 2011 / 12:00 WIB
Produksi catfish tahun ini bisa tumbuh 79,35%
ILUSTRASI. Instagram


Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KPP) mematok target produksi ikan jenis catfish (patin & lele) tahun ini sebanyak 749.000 ton, naik 79,35% dari realisasi produksi tahun lalu yang sebanyak 417.610 ton.

Padahal, pada 2010, KKP sebenarnya menargetkan produksi catfish sebanyak 495.600. Tapi, jumlah produksi yang tercapai hingga akhir tahun hanya sebesar 417.610 ton.

Ketut Sugama, Pelaksana Tugas (plt) Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, menjelaskan tahun ini pihaknya bakal menggenjot budidaya catfish besar-besaran di beberapa daerah sentra budidaya. Untuk catfish jenis patin misalnya, bakal difokuskan di Kabupaten Kampar, Riau dan Muoro Jambi, Jambi, sedangkan catfish jenis lele difokuskan di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

KKP juga bakal membantu pengadaan benih dan induk unggul catfish di sana, agar masalah kelangkaan benih tidak terjadi lagi. "Karena itu, kami mematok target yang cukup besar di tahun 2011," ujar Ketut kepada KONTAN, Jumat (11/2).

Ketut menambahkan produksi catfish selama ini juga sering terkendala harga pakan yang mahal. Ini membuat pembudidaya di daerah kesulitan untuk menggenjot produksi. Untuk mengatasi itu, KKP bakal memberikan subsidi pakan bagi pembudidaya skala kecil di daerah.
"Jumlahnya tidak terlalu besar, tapi cukup membantu mereka," ujar Ketut. Seperti diberitakan KONTAN sebelumnya, KKP punya rencana untuk mengucurkan subsidi pakan perikanan sebesar Rp 150 miliar.

Pengolahan catfish terus dipacu

Selain memacu produksinya, KKP juga bakal terus mendorong industri pengolahan catfish terutama patin di daerah tersebut. Ketut bilang patin merupakan ikan yang bisa dimanfaatkan untuk banyak lini. Kulitnya dapat digunakan untuk bahan collagen (salep luka bakar), dagingnya bisa untuk fillet, kepala dan tulangnya dapat dimanfaatkan untuk tepung ikan.

"Ini ikan yang punya manfaat banyak. Untuk itu kita bakal membangun sistem terintegrasi mulai dari produksi hingga pengolahan catfish," tandas Ketut.

Sebelumnya, Thomas Darmawan, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengolahan (AP5I), menambahkan pengusaha pengolahan ikan juga sudah mulai melirik pengolahan catfish. Selama ini, pengusaha kebanyakan fokus mengolah udang yang memang punya daya jual paling tinggi.

Namun, melihat potensi dan permintaan catfish yang cukup bagus, banyak pengusaha yang mulai terjun ke pengolahan catfish. "Masih belum banyak, tapi saya yakin bakal terus bertambah," ujar Thomas.

Thomas bilang untuk mengolah catfish pengusaha masih terkendala teknologi. Pengusaha hanya memiliki teknologi pengolahan udang yang selama ini menjadi fokus aktivitasnya. Sementara untuk pengolahan catfish membutuhkan teknologi yang berbeda. "Kita belum memiliki teknologi dan keterampilan yang memadai untuk mengolah catfish," ujar Thomas.

Untuk menyiasati itu, pengusaha Indonesia bakal menjajaki kerjasama dengan pengusaha Vietnam. Thomas bilang pengusaha Vietnam selangkah lebih maju dalam urusan pengolahan catfish. Mereka sudah memiliki teknologi dan keterampilan pengolahan catfish yang mapan. "Kita berharap ada transfer informasi dan keterampilan melalui kerjasama ini," tandas Thomas.

Sebelumnya, KKP sendiri sudah berhasil menarik investor Vietnam untuk membangun pabrik pengolahan catfish khususnya jenis patin yang bakal didirikan di Kampar dan Muorojambi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×