Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonomi yang berangsur pulih seiring dengan penanganan pandemi covid-19 ditaksir bakal meningkatkan produksi dan penjualan komoditas mineral Indonesia pada 2021. Apalagi, ada momentum supercycle pada sejumlah komoditas andalan Indonesia.
Praktisi tambang dan smelter Arif S. Tiammar menyampaikan bahwa hampir seluruh produksi komoditas mineral dan logam Indonesia dijual secara ekspor ke luar negeri. Hal itu untuk memenuhi rantai pasokan industri dunia, utamanya untuk wilayah Asia Pasifik, India dan Eropa.
Oleh sebab itu, kinerja produksi dan penjualan mineral tak bisa dilepaskan dari pertumbuhan ekonomi dunia. Sedangkan pada tahun lalu, pertumbuhan ekonomi dunia terkontraksi hingga -3,7%. "Ini tentu sangat memukul ekonomi dunia, dimana produksi dan penjualan mineral dan logam Indonesia merupakan bagian darinya," kata Arif kepada Kontan.co.id, Minggu (14/2).
Seiring dengan upaya pemulihan pandemi covid-19, Bank Dunia, IMF dan sejumlah institusi lain memprediksikan pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun ini bisa naik signifikan hingga 5,5%. Proyeksi itu, sambung Arif, bakal memberi prospek positif bagi permintaan komoditas mineral dan logam Indonesia.
Terlebih, gairah produksi dan penjualan produk tambang juga bisa terangkat oleh momentum supercycle atas beberapa komoditas andalan Indonesia. Pada siklus kali ini, harga beberapa komoditas ada dalam tren peningkatan seiring dengan naiknya kebutuhan beberapa industri yang sangat tergantung dengan pasokan mineral dan logam.
Baca Juga: Bergantung demand aluminium, APB3I proyeksikan bisnis bauksit masih sulit di 2021
"Dengan demikian, prognosis awal atas produksi dan penjualan mineral dan logam Indonesia pada 2021 optimistis akan naik dan lebih baik dibandingkan tahun lalu," ungkap Arif.
Dihubungi terpisah, Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Sugeng Mujiyanto juga berharap seriring dengan membaiknya perekonomian dan industri di sejumlah negara, khususnya di China, dapat meningkatkan permintaan dan harga komoditas mineral. Dengan begitu, target produksi dan penjualan bisa tercapai.
"Kita juga berharap dan mendorong realisasi hilirisasi dan pembangunan smelter yang sesuai target, sehingga permintaan di dalam negeri pun semakin baik," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (14/2).
Sayangnya, Sugeng belum menyampaikan secara detail berapa target produksi dan penjualan untuk masing-masing mineral dan logam Indonesia pada tahun 2021 ini. Kata dia, saat ini Ditjen Minerba
Kementerian ESDM masih melakukan konsolidasi data sesuai Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) yang diajukan perusahaan.
"Belum semua RKAB (terkonsolidasi). Tapi kan harus sesuai kondisi dan kemampuan (kapasitas produksi)," ungkap Sugeng.
Yang pasti, pada tahun lalu realisasi produksi sebagian besar mineral di bawah target. Namun sebaliknya, sebagian besar komoditas melebihi target pada sisi penjualan.
Rincinya, pada tahun lalu realisasi produksi tembaga sebesar 268.600 ton atau hanya mencapai 92% dari target. Lalu produksi emas tercatat 66,2 ton atau 93% dari target. Untuk perak realisasi produksi di 2020 tercatat 338,1 ton atau 99% dari target. Produksi timah lebih di bawah target, yakni 52.600 ton atau hanya memenuhi 75% dari target.
Realiasi yang melampaui target berasal dari produksi olahan nikel yang sebanyak 2.316.500 juta ton atau 120% dari target. Yang terdiri dari Feronikel 1.462.300 ton dan Nickel Pig Iron sebanyak 860.500 ton. Sedangkan produksi nikel matte sebanyak 91.700 ton atau 127% dari target.
Dari sisi penjualan, pada tahun lalu penjualan komoditas tembaga sebanyak 264.600 ton atau 132% dari target. Untuk komoditas emas, penjualan tercatat 81,4 ton atau 215% dari target. Lalu perak, realisasi penjualan sebesar 343 ton atau 188% dari target.
Realisasi penjualan yang melebihi target juga terjadi pada olahan nikel dengan 2.184.000 ton atau 107% dari target. Kinerja penjualan yang di bawah target adalah timah yang tercatat sebanyak 68.200 ton atau 93% dari target, serta nikel matte sebanyak 71.500 ton atau 98% dari target.
Dari jumlah itu, penjualan di dalam negeri untuk komoditas tembaga sebanyak 66.700 ton. Untuk emas sebanyak 37,1 ton, dan perak 79,4 ton. Lalu, timah sebanyak 2.900 ton, feronikel 337.000 ton dan nickel pig iron sebanyak 411.000 ton.
Lalu untuk realisasi produksi dan penjualan mineral mentah dalam bentuk bijih (ore), Sugeng membeberkan bahwa untuk bijih nikel realisasi produksi tercatat sebanyak 48 juta ton. Sedangkan penjualannya sebesar 43,5 juta ton bijih.
Dia menegaskan, sesuai aturan, ekspor bijih nikel pada tahun lalu sudah ditutup, sehingga seluruh penjualan diserap oleh pasar domestik. "Untuk tahun 2021 diharapkan dapat meningkat," sebut Sugeng.
Lalu untuk bijih bauksit, realisasi produksi tahun 2020 sebanyak 25,9 juta ton. Sedangkan untuk penjualannya sebanyak 24,5 juta ton. "Jumlah realisasi produksi dan penjualan ini cukup meningkat di atas 100% dari target 2020," pungkas Sugeng.
Selanjutnya: Ini realisasi produksi dan penjualan komoditas mineral Indonesia tahun lalu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News