Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gas bumi memiliki potensi besar untuk menopang kinerja hulu migas Tanah Air. Terlebih, Indonesia merupakan negara yang memiliki hampir separuh dari cadangan gas bumi di Asia Tenggara.
Pemerintah sendiri menargetkan produksi gas bumi sebesar 12 miliar kaki kubik per hari (mmscfd) bisa tercapai pada 2030. Banyak temuan sumber daya gas bumi di Indonesia yang diyakini bisa menjadi amunisi untuk mengejar target tersebut.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia optimitis terhadap target produksi gas bumi. "Untuk target produksi gas bumi ini jauh kami optimistis," kata Bahlil dalam Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR, Selasa (27/8).
Dalam catatan Kontan, Mantan Menteri ESDM Arifin Tasrif pernah membeberkan beberapa temuan sumur besar baru yang bisa menopang produksi gas bumi tanah air. Diantaranya blok Selat Makassar, Blok Andaman, dan proyek Abadi Masela.
"Kita cukup optimistis target gas bumi bisa dicapai," kata Arifin saat meresmikan Minyak Perdana dari Pengeboran Banyu Urip Infil Clastic, di Bojonegoro, Jumat (9/8).
Disisi lain, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto meyakini target produksi gas bumi juga bisa tercapai berkat penemuan dan eksplorasi adanya temuan struktur Geng North dan Layaran di tahun 2023. Bahkan proyek tersebut berhasil menempatkan Indonesia di puncak daftar penemuan terbesar di Asia Tenggara dari tahun 2020 hingga 2024.
Sebagai tambahan, Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas Kurnia Chairi mengatakan, gas bumi memiliki peranan penting saat ini, karena relatif lebih bersih dibanding energi fosil lainnya, seperti batubara dan minyak bumi.
Sejalan dengan itu, SKK Migas optimistis target produksi tersebut bisa tercapai seiring dengan realisasi investasi yang menunjukkan tren meningkat. Bahkan, di tengah tren peralihan investasi ke energi baru terbarukan (EBT).
RI Jawara Potensi dan Cadangan Gas Bumi
Penemuan-penemuan sumber daya gas bumi di South Andaman dan Geng North menjadi penyebab cadangan gas bumi Indonesia yang melimpah. Penemuan dua sumber gas besar tersebut berdasarkan catatan SKK Migas menjadi yang terbesar di Indonesia sejak 2000 atau ketika ditemukannya sumber gas di lapangan Abadi, Blok Masela, Maluku. Berdasarkan laporan Wood Mackenzie, Rystad Energy, dan S&P Global, kedua penemuan sumber gas tersebut masuk dalam lima temuan terbesar di dunia pada 2023.
SKK Migas mencatat masih terdapat potensi tambahan produksi gas bumi dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang berada di wilayah Jawa Timur.
Total potensi tambahan tersebut berasal dari KKKS Pertamina EP Region 2 yang memiliki potensi tambahan pasokan gas bumi dari zona 7 dan 5 sebesar 90 MMSCFD (juta kaki kubik per hari). KKKS Petronas Carigali Ketapang II Ltd. memiliki potensi dari Lapangan Bukit Panjang sebesar 40 – 50 MMSCFD mulai tahun 2026 hingga 2033. Sedangkan, KKKS Husky-CNOOC Madura Ltd. memiliki potensi kapasitas produksi hingga 318 MMSCFD, dengan serapan saat ini hanya berkisar 210 MMSCFD, sehingga terdapat potensi volume gas bumi lebih dari 100 MMSCFD.
Kepala Departemen Komersialisasi Gas Bumi SKK Migas Syarif Maulana Chaniago mengatakan, dengan besarnya tambahan potensi gas tersebut, SKK Migas terus mendorong pembangunan infrastruktur untuk distribusi gas bumi ke kawasan industri di sekitar wilayah kerja maupun di luar wilayah kerja.
“Ini juga untuk membuka pasar baru untuk memaksimalkan penyerapan gas bumi nasional,” ujarnya dalam Forum Gas Bumi 2024 di Bandung, Kamis (20/6).
Syarif menerangkan, pemerintah menunjukkan komitmennya dalam memastikan optimalisasi penyerapan gas bumi tersebut, salah satunya dengan membangun pipa Cirebon – Semarang Tahap II sepanjang 245 km dengan anggaran APBN sebesar Rp 3,07 Triliun.
Konstruksi proyek tersebut diproyeksikan berjalan selama 17 bulan, mulai Juli 2024 hingga Desember 2025. Pembangunan dilaksanakan secara paralel, yakni ruas Batang - Pemalang (+/- 63 km), Pemalang – Cirebon (+/- 108 km), dan Cirebon – Kandang Haur Timur (KHT) (+/- 74 km). “Besaran toll fee diharapkan tidak lebih dari US$ 0,5/MMSCF,” kata dia.
Perlu Dukungan untuk Garap Potensi Gas Bumi
Menurut laporan Rystad Energy, dukungan berbagai pihak terhadap potensi sumber daya ini bersifat mendesak agar Indonesia tidak kehilangan momentum dalam mencapai ketahanan energi nasional.
Tantangannya adalah dukungan untuk memonetisasi potensi sumber daya tersebut. Sebab, peluang dan potensi yang dimiliki Indonesia sangat besar.
"Tetapi bagaimana proyek ini bisa berjalan sehingga dapat meyakinkan investor global. Itu yang harus menjadi prioritas saat ini,” kata Country Head Indonesia Rystad Energy Sofwan Hadi dalam diskusi media terbatas beberapa waktu lalu di Jakarta.
Sofwan menilai, salah satu dukungan utama yang mendesak dilakukan adalah menciptakan kebijakan fiskal yang tepat, termasuk insentif dan tax regime yang bisa memastikan keekonomian proyek migas ke depan, serta keleluasaan bagi Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) terkait pilihan production sharing contract (PSC) gross split atau kembali ke cost recovery.
Selain itu, dukungan mendesak selanjutnya adalah penetapan harga gas domestik dan infrastruktur untuk memastikan distribusi gas. Jika harga gas domestik tidak bisa menutup transport cost, maka yang terjadi akan mempengaruhi minat investor untuk mengembangkan proyek-proyek tersebut.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D. Suryodipuro mengatakan, SKK Migas terus mendorong agar monetisasi proyek-proyek yang telah dan akan berjalan dapat segera terwujud.
“SKK Migas dan seluruh KKKS terus bekerja sama mengembangkan potensi migas di Indonesia untuk memperkokoh peran industri hulu migas sebagai salah satu pilar ketahanan energi,” ujar Hudi.
Realisasi Investasi Hulu Migas
SKK Migas mencatat investasi hulu migas sebesar US$ 5,6 miliar atau Rp 90,63 triliun pada semester I-2024. Angka investasi tersebut mencapai 75% dari target yang ditetapkan oleh pemerintah sebesar US$ 7,43 miliar.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, investasi sampai dengan I semester adalah US$ 5,6 miliar dan diperkirakan saat akhir tahun menjadi US$ 15,7 miliar.
"Dan [realisasi investasi hulu migas] ini akan lebih baik dari tahun 2023," kata Dwi dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (19/7).
Dwi tetap optimistis realisasi investasi hulu migas pada tahun ini akan lebih baik dari tahun sebelumnya lantaran akan ada peningkatan 15% investasi dari realisasi pada 2023. "Dan capaian ini lebih baik daripada peningkatan investasi global yang berkisar 5%," sambungnya.
Proyek Gas Penopang Investasi Hulu Migas
Proyek-proyek gas bumi menjadi tulang punggung meningkatkan investasi hulu migas di Indonesia pada 2024. Ada 15 proyek migas yang mayoritas gas bumi diharapkan bisa mendorong investasi 2024.
SKK Migas mencatat delapan proyek minyak dan gas bumi (migas) telah onstream sepanjang semester I-2024. Hingga akhir tahun nanti, SKK Migas menargetkan 15 proyek migas bisa onstream.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, proyek-proyek yang diharapkan onstream tahun ini ada 15 dengan secara keseluruhan total proyek tersebut memiliki nilai investasi US$ 560 juta.
"Proyek-proyek tersebut berpotensi penambahan total produksi migas 31.655 minyak per hari, 268 mmscfd gas, dan 180 metrik ton LPG," kata Dwi dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (20/7).
Proyek-proyek hulu migas tersebut akan mendukung SKK Migas untuk menggenjot produksi migas yang masih belum mencapai target.
Berikut daftar 8 proyek hulu migas yang telah onstream pada semester I 2024:
· Proyek Gas SWPG Debottlenecking, Pertamina Hulu Mahakam pada 21 April 2024
· Proyek Gas Bekapai Artificial Lift, Pertamina Hulu Mahakam pada 24 Mei 2024
· Proyek Minyak OPL Main, Pertamina Hulu Energi ONWJ pada 29 Mei 2024
· Proyek Gas AFCP pada 11 Juni 2024
· Proyek minyak Flowline ASDJ-116X, Pertamina Hulu Energi Ogan Kemering pada 16 Juni 2024
· Proyek Gas Peciko 8B, Pertamina Hulu Mahakam pada 18 Juni 2024
· Fasilitas Kompresor South Sembakung, JOB PMEP Simenggaris pada 19 Juni 2024
· Proyek Gas Dayung Facility Optimization, Medco Grissik pada 30 Juni 2024
Realisasi produksi Gas Bumi hingga Semester I-2024
Kontan mencatat, produksi gas bumi nasional hingga semester I-2024 mencapai sebesar 6.635,99 mmscfd atau naik tipis 0,1% jika dibandingkan periode yang sama tahun 2023 sebesar 6.630,30 mmscfd.
Berikut detail produksi Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) terbesar beserta capaian produksi gas pada semester I-2024:
Produksi Gas
1. BP Berau 1.745,04 mmscfd
2. Pertamina EP 813,88 mmscfd
3. Medco E&P Grissik 748,26 mmscfd
4. ENI East Sepinggan 461,48 mmscfd
5. Pertamina Hulu Mahakam 426,50 mmscfd
6. Pertamina-Medco Tomori 329 mmscfd
7. Petrochina Jabung 253,12 mmscfd
8. Husky-Cnooc Madura 207,37 mmscfd
9. ENI Muara Bakau 187,25 mmscfd
10.Pertamina EP Cepu 187,24 mmscfd.
KKKS lainnya 1.276,86 mmscfd
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News