Reporter: Maria Elga Ratri | Editor: Fitri Arifenie
JAKARTA. Produksi buah jeruk lokal masih asam. Selama lima tahun terakhir, produksi buah jeruk terus mengalami penurunan. Tahun ini, produksi buah jeruk diperkirakan akan sama dengan tahun lalu, yakni sekitar 1,6 juta ton. Di masa jaya, produksi jeruk lokal bisa mencapai 2,57 juta ton per tahun.
Khafid Sirotuddin, Ketua Umum Asosiasi Eksportir Importir Buah dan Sayuran Segar Indonesia (Aseibssindo) mengatakan, meski impor jeruk sudah berkurang, produksi jeruk lokal sulit untuk nambah. Alasannya, faktor perawatan dan sarana produksi yang tak memadai.
"Faktornya banyak hal, misalnya tanaman kena virus. Petani tak punya biaya untuk penggantian tanaman jeruk itu," kata Khafid saat dihubungi KONTAN, Senin (1/7).
Padahal, kata Khafid, kualitas dan rasa jeruk lokal tak kalah dengan jeruk impor. Hanya saja, kekurangan jeruk lokal adalah tampilan yang kurang menarik.
Selain faktor kendala perawatan dan penyeragaman kualitas, para petani jeruk juga menghadapi tingginya biaya distribusi. "Apalagi dengan kenaikan bahan bakar, biaya juga naik," katanya.
Biaya distribusi jeruk impor misalnya dari Pakistan dan China ke Jawa, kata Khafid, lebih mahal dibanding mendatangkan jeruk dari Pontianak. "Dari Pakistan dan China itu misalnya Rp 1.100 sampai Rp 1.200 per kilogram, kalau dari Pontianak bisa Rp 1.500 - Rp 1.600 per kilogram," terangnya.
Makanya, Khafid berharap pemerintah lebih fokus pada program mengembangkan dan meningkatkan kualitas buah-buahan tropis. "Dengan APBN Rp 850 miliar untuk pengembangan hortikultura, pemerintah harus fokuskan pada pengembangan buah-buahan tropis," ujarnya. Selain bibit, Khafid juga meminta petani diberikan kemudahan untuk memperoleh kredit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News